Posts

 Untuk siapapun yang sedang duduk, berdiri atau rebahan membaca ini..  Seringkali, kita tersakiti justru dari orang yang paling kita cintai. Orang yang paling dekat lingkarnya dari diri kita sendiri. Mengapa? Jelas. Karna orang-orang terdekat inilah yang kita harapkan memberikan ketenangan, memberikan dukungan, dan tempat kita pulang ketika rasanya dunia tidak lagi menerima kita. Sehingga, ketika apa yang kita dapatkan tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, atau justru memberikan tanggapann yang justru semakin menjatuhkan, rasa sakitnya pasti berkali-kali lipat.  Sakit dan kecewa adalah juga proses. Ada saat di dalam hidup kita yang memang harus melewati proses itu. Semoga mendewasakan. Untuk siapapun yang sedang merasa memilki masalah, masalah yang kau hadapi tidak kecil dan tidak remeh. Jangan katakan, "Ha, masa segini aja ngeluh, masa segini aja nangis, dia aja mereka aja si itu aja," jangan. Jangan katakan itu. Tidak ada masalah yang remeh dan mudah. Saat menghadapin

#untitled

Apa bentuk adaptasi yang paling menguras emosi setelah memiliki anak? ... yash. Beberes rumah dan frasa rumah rapi. Benar benar ini memporakporandakan mental saya wkwkkw lebayyy. Tapi serius. Saya orangnya rapi. Suka kerapian dan suka merapikan. Beberes, bebersih, adalah sebagian dari nama tengah saya. Hal ini tidak lepas dari bawaan sejak kecil. Diantara anak 3, mas Aris, saya dan Astri, saya yang bisa dibilang disiplin rapi2 dari kecil (wakakaka selfclaim jelas). Tapi benar, saya akan meletakkan tas dan sepatu di tempat yang seharusnya. Saya akan selalu menutup tempat makanan yang terbuka, saya akan menyapu rumah yang kotor dan akan menata toples pas lebaran tiba. Saya ingat waktu jaman SMP saya cukup terkenal di seantero sekolah (dan luar sekolah) sampai profil saya dimuat di majalah BAKTI (majalah di lingkungan departemen agama kanwil DIY), ada pertanyaan saat libur sekolah besok rencana mau ngapain..? Saya jawab, mau rombak kamar dan beneran dimuat dong kata "rombak kamar&quo

HaiHatta : 2

Meskipun Hatta lahir di waktu pandemi, Alhamdulillah sekali proses persalinan berjalan normal, tidak ada kendala berarti. Usai dipindah ke kamar rawat inap, bergantian dokter anak, bidan jaga dan juga tim logistik mendatangi kamar kami bolak balik. Alhamdulillah juga saya dan hatta tidak ada acara terpisah kamar. Dari IMD, bersih-bersih sampai tenaga saya cukup pulih kami selalu bersama. ASI juga dicek langsung keluar di hari pertama. Disinilah perjuangan lain dimulai. Bun, ternyata menyusui tidak semudah teori x.x. Sampai keringetan mau nyusuin Hatta pertama tu wkwkkw. Ibu saya dan suami sampai kasian, tapi ya sabar sabar aja dulu.. namanya first timer. Besoknya observasi dari dokter membolehkan kami pulang. Waaa senangnyaa. Rumah sakit atau klinik mau seperti apa pelayanannya tidak bisa menggantikan rumah. Sebelum pulang, ada fasilitas pijat dan spa dari klinik..sungguh itu sangaaat membantu. Badan remuk gaes lairan tu, jadi agak mendingan pas dipijat seluruh badan. Hari kedua alhamd
Jiwa yang tenang.. Hati yang lapang.. Adalah diantara nikmat yang mahal.. Dihari hari ini  Ketika berita duka silih berganti

#HaiHatta : 1

Saya mau cerita, cerita tentang proses persalinan Hatta, anak laki laki pertama saya (dan Bapaknya Hatta) yang lahir sekitaran dua bulan lalu di Bulan Mulia Ramadan (tulisannya Ramadan gaes sesuai KBBI Xixixi).  Perkenalan dulu, kami menamai anak pertama dengan nama "Ramadan Hatta Abisatya". Pertama tama nama yang sudah fix adalah Hatta. Begitu periksa USG dan diketahui anak kami InsyaAllah laki laki, usulan nama Hatta langsung ketok palu, sepakat, Bapak dan Ibuk Hatta setuju. Saya kurang tau, Bapaknya nemu dan setuju nama Hatta darimana, yang jelas bukunya di rumah tentang Bung Hatta ada sekitar 3 buku : Biografi Politik Mohammad Hatta (Delian Noor, LP3ES : 1991), Hatta Jejak yang Melampaui Zaman (Kepustakaan Populer Gramedia : 2010) dan Kedaulatan Rakyat, Otonomi dan Demokrasi (Mohammad Hatta, Kreasi Wacana : 2014). Buku yang kemudian saya baca diawal balik ke Jogja tahun 2019, yang kemudian menginspirasi untuk memberi nama anak laki laki kelak dengan nama Hatta. Terlebih k
Kalo dipersilakan melakukan hal yang paling diinginkan, maka aku ingin memeluk diriku sendiri lamaaa sekali. Selama mungkin, seerat-eratnya. Ingin kukatakan pada Fatim yang hari ini, bahwa kamu sudah melakukan hal yang luar biasa. Kamu sudah bekerja keras. Kamu sudah bersungguh - sungguh. Ingin kupeluk seorang Fatim dan kukatakan padanya.. amanah kehadiran Hatta membuatmu semakin berhak untuk mencintai diri secara lebih..untuk semua usaha melahirkannya.. membersamai hari-hari awalnya.. mengenali dirimu sendiri yang membawa sifat-sifat yang telah ada tapi baru kini kamu sadari keberadaannya.. Terimakasih ya Allah mempercayakan Hatta di tengah tengah kami.. Perkenankan kami jadi orangtua yang amanah.. Senyum dan tangisnya mengajarkan arti mencintai dengan tulus, tanpa syarat. Hatta yang menerima ibunya tanpa tapi.. Ibu mencintaimu Nak.. ibu mencintaimu.. 

Percaya

Minggu - minggu ini aku berulang kali merapal kata "percaya". Percaya pada yang Diatas, percaya pada suami, percaya pada diriku sendiri, dan percaya pada lingkungan di sekelilingku. Juga, mempercayai makhluk kecil yang semakin membesar di perutku. Percaya itu tidak gampang, apalagi pada hal yang tidak pasti. Tapi waktu yang cukup lama telah mengajarkan bagaimana langkah yang kita ambil selalu ada sisi abu-abu. Dan dalam langkah yang kita ambil ada opportunity cost atas kesempatan lain yang berseberangan.  Bulan kemarin, ada peristiwa istimewa yang aku "rayakan". Aku "rayakan" dengan refleksi dan menengok pencapaianku. Pernikahan yang menginjak setahun, dan umur yang bertambah-keduanya di hari yang hanya berselang sehari. Aku juga tidak menyangka akan menjadi manusia yang sangat romantik seperti ini.. menggabungkan hari-hari istimewa, dan semesta mengamini. Terhadap bertambahnya umur, aku menengok ke belakang, dan ujian percaya sudah berkali-kali aku alami