#untitled
Ada sebatang kaktus, tumbuh di depan rumah mewah milik
seorang konglomerat. Tepat di atas genangan air tanaman kaktus itu tumbuh
tegak.
Bunganya harusnya sudah mulai tumbuh, di minggu-minggu ini,
mengingat waktu sejak mulainya ditanam oleh pemilik rumah, dan musim yang saat
ini sedang berlangsung di kota itu. Tapi rupanya tidak. Bunga yang dinanti
pemilik rumah, juga yang dinanti teman-teman sesama penghuni depan rumah sang
konglomerat, jangankan mekar, muncul tanda-tanda akan berbunga pun tidak.
Kaktus itu diam.
Tubuhnya yang sudah dipenuhi duri, yang awalnya dibanggakan
karna tidak semua serangga mampu mendekati, kini hanya mampu membungkamkan
dirinya. Tanaman lain yang awalnya takut-takut mendekat kini perlahan berubah
sikap. Ada yang mendekat simpatik, ada yang mencemooh, ada yang apatis tak
peduli.
Kaktus itu semakin berubah menjadi tanaman pendiam.
Dia lirik genangan air yang mengotori bagian bawah tubuhnya.
Sekalipun tak juga hujan, genangan itu rupanya semakin meninggi. Air itu aliran
dari kolam teratai yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Wajar saja air terus
mengenainya, kolam teratai hanya memutar-mutar air berulang-ulang, dan
genangannya akan terus mengenainya.
Kaktus mulai mencari akal, bagaimanapun juga, hidupnya bukan
dengan genangan. Di dalam tubuhnya tersimpan berlebih-lebih air. Dengan tambahan
air dari kolam teratai, lama-lama akan membusukkan dirinya.
Kaktus diam, tapi berpikir, dia mencari akal.
Tapi apa daya? Mencerabut diri dan berpindah ke padang pasir
dia tak kuasa.
Menyuruh aliran air berhenti juga dia tak paham bahasa
pemilik rumah.
Apakah kaktus putus asa?
Seiring waktu dia diam, berdo’a, dan mengekalkan harapan
biar keajaiban yang menumbuhkan bunganya di kiri kanan duri-duri yang
menyelimuti .
Tahu apa yang terjadi?
Pemilik rumah sedang melakukan eksperimen, sampai umur
berapa kaktus bertahan di tempat yang tidak menyenangkan, yang tak mampu
mendukung dirinya menumbuhan bunga.
Saat kaktus tak lagi berpikir keadaan dirinya sendiri, saat
itulah pemilik rumah memindah segera. Disiapkannya medium berpasir, tak selang
lama, kupu-kupu menyelimutinya, putik bunganya bermekaran. Di pagi hari,
dicerahnya matahari.
Comments
Post a Comment