Selamat Tahun Baru
Akhirnya, beberes blog yang penuh kenangan dan sejarah ini
juga. Yeah, bagaimanapun asal mula saya mengenal dunia maya, mengenal ilusi, berani
menyampaikan mimpi-mimpi ke orang lain, menceritakan banyak hal tentang kesemrawutan
pikir dan pengetahuan-pengetahuan baru serta pengalihan rasa atas segala yang
dialami adalah disini. Dengan sedikit lika-liku dari jalan yang sudah sedang
dan akan terus ditempuh adalah lewat blog ini. Jadi,, kembali kesini adalah
kembali lagi ke diri sendiri, menjadi kuat dalam kedirian kita dalam riuh dan
hiruk pikuknya hidup bersama.
Malam ini, malam kesepuluh di tahun baru 1437 H ini, ada
satu perenungan yang akhir-akhir ini membuat saya akhirnya sedikit paham : diri
kita, adalah kita sendiri. Bukan diri kita yang ketika bersama A adalah A,
ketika bersama B adalah B, ketika bersama C adalah C dan seterusnya. Kita
adalah A sekalipun bersama A, B, C, D dan sampai Z. Kita adalah A yang luwes
dan berikhtiar nyambung saat bersama B,C, D dan seterusnya. Kita adalah A yang
dimata B,C,D dan seterusnya adalah kita yang A, kita yang berikhtiar kokoh,
dalam lenggangnya riak-riak kerumunan orang.
Bagaimana tidak. Kita mungkin pernah berpengalaman menjadi
kita yang A, yang saat bersama B ingin sekali nyaman dengan B dengan
menyamakann agar kita seperti B, saat bersama C begitu, dengan D begitu, dan
seterusnya dan seterusnya. Dan at the end, kita yang linglung, bingung dan lalu
meliuk-liuk nggak jelas diterpa angin sore-sore.
Ternyata kita justru berharga, kita menjadi kita yang kita
sendiri saat dimana-mana menjadi kita. Saat bersama teman-teman yang sepanjang
jalan muter lagu Perhaps..Perhaps..Perhaps sambil cekikikan kita tetaplah kita
yang diam sambil tersenyum, dan tetap nyambung diajak ngobrol dengan tetap
khusnudzon kita semua sama-sama suka Maher Zain. Kita tetap menjadi diri kita,
saat segrup ngomong soal pekerjaan, kita adalah silent reader yang kemudian muncul
saat salah satu teman lagi nanya cobek kecil yang bisa dibawa camping. Kita
tetaplah menjadi diri kita sendiri yang innocent saat bos kita yang tidak paham
tentang seluk beluk haji karena beliaunya memang berkeyakinan lain, menanyakan
insiden crane dan trageni Mina, dan kitanya juga tidak paham sama sekali duduk persoalan. Kita yang tetaplah kita sendiri, saat curhat
habis-habisan sama seorang ammah-ammah dingin, yang pada akhir perbincangan
menyampaikan kata sejuk : sebegitu jauh kamu melangkah, tidak ada yang berubah
rasa persaudaraan ini padamu, ces.
Kita pernah hampir jatuh, lalu bangun dan menjelaskan
satu-satu ke sekeliling kita tentang keadaan kita dan segala rupanya. Karna
ingin menjelaskan pada salah satu orang tentang ini, mungkin tertangkap keliru
oleh yang lain . Atau saat kita ingin menyampaikan perihal A kepada seseorang
bersamaan dengan B memahaminya begini. Maka ya sudahlah. Pada akhirnya, jalan terbaik adalah menjadi kita sendiri.
Pilihan terbaik adalah menjadi kita sendiri. Yang barangkali
pandai berpura-pura selalu bahagia, barangkali terlalu sering mengalih-alih
rasa agar kita kuat adanya, dan kalau tidak menyelesaikan persoalan, untuk apa
masalah dibicarakan?
Pada akhirnya memang begitu – pada pelajaran sampai tahap
ini-
Beri waktu pada hati kita untuk lega, dengan cara-cara kita
untuk terus menjadi kuat. Lapangan maaf dan telaga sabar, juga cara-cara kita
mengingat nikmat, jauh, jauh dan sangat jauh dari apa yang orang pandang atau
perlakukan tentang kita.
Bukan memberi maaf karna orang lain meminta kita mencontoh sesiapa yang begitu mudah memberi maaf. Mungkin kita tak sekalibernya, maka bersama waktu kita mengurai maaf dengan cara kita. Yang barangkali lama, yang barangkali tak sebentar.
Kita bersabar, bukan karena sesiapa memegang bahu kita, dan membisikkan kita "yang sabar ya", tapi kita sabar bersama hati kita yang riuh, hati kita yang menderu-deru, dan bersama tetes-demi tetes do'a, kesabaran adalah fase, yang akhirnya kita helakan nafas bersamanya bahwa ternyata kita mampu bersabar.
Hidup bersama, dan segenap riak bersamanya.
Bukankah kita sesama pejalan menuju kampung halaman?
Dan ujian dan nikmat, ‘kan satu-satu datang silih berganti.
Selamat tahun baru.. :)
Comments
Post a Comment