Efektif - Efisien
Saya mulai nulis ini di tengah nungguin salah satu anak SMP
belajar persamaan dua variabel di rumah. Ini anak memang rajinnya nggak
ketulungan. Malam Ahad yang dingin habis hujan dan dia dari rumah nun jauh
disana, sesorean tadi habis latihan rutin Tapak Suci *bela dirinya putra
Muhammadiyah* dan kok ya malam Ahad tetap rajin datang dengan LKS dan kadang-kadang beberapa
pertanyaan dari buku catatan. *Semoga jadi laki-laki sholih yang bisa mimpin
umat sekitaran Nak, negeri ini masih butuh lebih banyak para lelaki yang
bertekad baja kayak kamu.*
Oke, abaikan prolog. Saya sedang ingin menulis tentang
bekerja efektif-efisien. Topik ngehits dan nggak habis-habis jadi bahasan di
grup teman kerja. Kemarin salah satu teman ngeshare salah satu tread di Kaskus
tentang topik ini, dan sebenarnya bahasannya klasik lagi jadul wal kuno ya
begitu-begitu saja. Tapi prakteknya memang nggak gampang dan sangat tergantung
person per person.
Yap. Tentang kerja efektif – efisien. Lebih baik mana kerja
lima hari dengan jam kerja masuk setengah 8 dan pulang pas jam 4 atau lembur-lembur
kerja sampai jam 9. Lebih berkualitas mana orang stay di balik komputer kantor
dari jam 7 malam lembur sampai jam 3 dengan kualitas orang yang memilih tidur
dulu habis isya setelah kerja seharian dan kemudian jam 2 malam bangun dan
meneruskan pekerjaan sampai menjelang shubuh. Dan lebih berdedikasi mana orang
yang mengorbankan 2 hari di Sabtu Minggunya untuk dipakai untuk urusan kerja
dengan melupakan sementara urusan kerja dan menghabiskan dua hari untuk
waktu-waktu berkualitas dalam rangka pengembangan dirinya atau mencuci nyetrika tumpukan
baju kotornya.
Memang, sepertinya urusan profesionalitas memang tidak akan
pernah seideal teori. Yang katanya saat di A maka berpikir tentang A dan saat
di tempat B hanya akan berpikir tentang B. Sebut saja jaman masih kuliah *gaya banget bahasanya ‘jaman
masih’* kenyataan saat di kelas kita nggak akan sepenuhnya full merhatikan
kelas. Kadang mainan HP smsan sama siapa, atau malah pikiran entah kemana
sambil *istilah Ust Syafii di Asma* merenda bulu mata. Atau saat jadi santri,
waktunya duduk manis di kelas dengerin penjelasan Ust Deden tentang Fikih
Dakwah malah ngedep catetan besok jadwal UTS dan semacamnya. Yang kita usahakan
dalam rangka efektif dan efektif mungkin hanyalah mengendalikan diri kita,
lagi-lagi, mengendalikan diri sendiri untuk sebisa mungkin fokus, dan saat
dimana kita berada disitulah hati pikiran tunduk pada pekerjaan yang kita
lakukan *ini juga teori gampang prakteknya Wallahu A'lam*
Ada garis bawah
memang, pada beberapa kondisi yang berlembur-lembur pun tetap kita anggap
efektif efisien. Misal karna ritme kita belum sefrekuensi, jadi ada harga
tambah karena ketidakseriusan kita di masa lalu yang harus kita bayar. Seperti misalnya
proses deliniasi jalan yang ternyata kita nggak serapi dengan teman yang sudah
terlanjur punya jam terbang tinggi karna rajin ikut proyek sejak jaman kuliah. Ini
bukan ranah efektif – efisien, tapi kualitas diri yang ingin kita tingkatkan,
agar minimal jadi rata-rata lah. Atau tambahan waktu yang ingin kita ambil karna pada jam
hari tertentu ada jatah efektif yang ingin kita ambil libur. Ini semua keluar
ranah efektif efisien.
Ini kasuistik.
Tapi selebihnya, misal nonton atau lebih banyak yutuban di
jam kerja *atau jam belajar, atau jam garap skripsi* dan kemudian mengorbankan
jam tidur dan hari libur, ini kok ya sayang liburan dan masa depan sendiri.
Atau sibuk sosmedan sampai larut, dan kemudian besok paginya
bilang lembur sampai jam 2 malam, dengan jam ngerjakan tugas mungkin 1,5 jam
efektif saja, ini kok namanya malah terlalu.
Atau yang lain, atau yang entahlah.
Kita masih muda. Masih butuh banyak belajar. Masih banyak
kesempatan untuk menghargai waktu-waktu produktif dan kesehatan diri yang
bugar.
Punya tujuan dan belajar merapikan semua hal, serta yang
terpenting mengakui kelemahan dan mencari titik lemah untuk dicarikan pelengkap
agar diri terbantu mungkin, adalah step kecil di antara membenahi diri sendiri –dalam
rangka jadi pribadi yg efektif efisien- Insya Allah.
Lagi-lagi masih muda, masih sehat, masih mawas, dan semoga,
masih banyak cita-cita produktif yang ingin kita sumbangkan untuk dunia.
Selamat Malam.
07112015
*ditulis setelah beberapa hari terakhir terpikir hidup
efektif-efisien, pengaturan aktivitas yang lebih bener tur pener dan
merenungkan alangkah banyak aktivitas sia-sia, yang barangkali, seringnya kita
lakukan*
Comments
Post a Comment