#untitled
Penang akan jadi tujuan luar negeri pertama yang akan saya datangi. Senang dan was - was dalam satu waktu sebagaimana saya mendatangi beberapa kota untuk pertama kalinya. Informasi saya kumpulkan, persiapan sedemikian rupa saya lakukan. Tentu saja dengan 7 hari dengan 7 kg bagasi kabin (realitanya cukup dengan 5kg haha-ed). Pengalaman mengajarkan light packing sangat cocok untuk saya yang males ribet.
Sejak kepulangan dari beberapa tempat yang luput saya ceritakan, ada satu hal yang kini saya sadari lagi : Saya ingin menjadi baik untuk diri saya sendiri. Saya ingin kembali menghargai usaha saya bisa terbentuk menjadi diri saya hari ini. Saya ingin mengafirmasi bahwa saya telah melakukan sebaik - baiknya, bahwa saya berjalan di atas jalan lempeng yang seharusnya saya tempuh. Untuk itulah saya akan kembali menuliskan cerita - cerita perjalanan saya.
Throwback perjalanan yang menyimpan cerita di 2018 kemarin.
Bulan Maret saya hampir resign dari konsultan tempat saya bekerja dan pindah ke konsultan lain di Bandung. Calon kantor baru tinggal menunggu surat referensi kerja dari kantor lama jadi. Begitu jadi saya tinggal pamitan dan bertolak ke tempat baru.
Tapi rencana berjalan lain.
Koordinator ruang studi mengabarkan saya ikut pekerjaan masterplan ke Mentawai.
Fyuh Mentawai.
Suku Mentawai dengan tradisi tato dan pengobatan ala sikerei. Foto diambil di museum Adityawarman, Padang. |
Jujur saja, Mentawai adalah salah satu pulau yang pernah terbayang di benak saya karna saya menyukai pemikiran salah satu orang di generasi saya yang pernah melakukan ekspedisi di pulau ini. Tepatnya di Pulau Siberut, tempat suku Mentawai dan budaya Sikerei kental dilaksanakan di sana. Tanpa pikir panjang saya iyakan saya akan jadi asisten GIS untuk pekerjaan ini. Toh saya belum resmi resign. Kepada pihak calon konsultan di Bandung saya mengajukan pengunduran diri, dan Alhamdulillah diterima karna pekerjaan di Bandung juga belum mulai.
Mulailah perjalananMentawai dilaksanakan.
Di pekerjaan ini saya dipartnerkan dengan orang - orang yang alhamdulillah sangat openmind, termasuk team leadernya.
Dari sinilah cerita tentang bagaimana menghargai dan menghormati diri sendiri kembali saya temukan.
Perjalanan hampir sebulan sekali ke Padang, ke pulau kecil Pagai Utara (yang harus ditempuh 12 - 14 jam di atas kapal), menginap jauh di pulau, menyeberang dengan kapal yang super lamban dengan kecepatan 11 knot saya jabani. Senang? Tentu. Tapi perjalanan karna kerja tentu beda dengan perjalanan karna keperluan pribadi (lho ya jelas to? wkwk).
Perjalanan dari Pulau Pagai Utara ke Sipora |
Perjalanan survey dengan cuaca tidak tentu. Tanpa kepastian besok bisa balik ke Padang atau tidak. Sore - sore ngecek kedatangan kapal dan seterusnya. Well. Itu melelahkan. Energi fisik dan psikis terkuras. Walaupun kerja tim, tetap saja, dalam tim juga terjadi dinamika. Saya menyerah di Bulan November : fix mengajukan resign. Bukan cara resign yang baik, at least saya tidak menyelesaikan project sampai tuntas. Walaupun pekerjaan secara teknis saya benar - benar sudah selesai. Kalopun ada revisi saya bisa kerjakan dari rumah.
Kenapa resign?
Karna resign akan jadi trik bagi saya untuk merecovery mental dan fisik saya kembali.
Apakah harus dengan resign? Ya. Harus dengan resign.
Keputusan besar sih menurut saya.
Tidak mudah keluar dari zona nyaman gajian tiap bulan. Apalagi saat saya keluar semuanya belum pasti : seleksi CPNS yang belum pasti, apakah akan diterima atau tidak. Apply kerjaan di tempat lain juga belum pasti. Usaha sendiri? Belum ada gambaran pasti.
Tapi bismillah.
Berapa kali saya memutuskan banyak keputusan - keputusan besar : dan ini bagian dari perjalanan yang saya pilih.
Memotong toksik dalam keseharian. Dan kembali menata hidup sendiri.
Pada pekerjaan Mentawai ini dengan orang - orang yang openmind dan teman - teman diskusi yang lain membuka mata saya kembali tentang bagian diri saya yang sempat tertutup selama 2014 - 2018 : tentang apa yang benar - benar saya inginkan. Tentang apa yang benar - benar ingin saya jalani.
Saya tidak akan mengatakan ini sebagai antiklimaks fase quarter life crisis saya, tapi ada bagian yang saya temukan dalam perjalanan 2014 - 2018. Saya menemukan kembali jalan yang ingin saya tempuh yang sempat terdistraksi di tahun 2014 - 2018 oleh berbagai macam sebab.
Bismillah.
2019
Mari kita mulai dengan perjalanan ke Penang, Go!
21032019
08.24
Comments
Post a Comment