22 Desember
Tentang Bunda
bunda hanya sedikit mengarang puisi untukku
tapi semakin lama kuamati
senyuman bunda adalah puisi
tatapan bunda adalah puisi
teguran bunda adalah puisi
belaian dan doanya adalah puisi cinta
yang disampaikannya padaku
tak putus putus
tak putus putus
bahkan bila kutidur
(Abdurrahman Faiz: Mei 2003)
Puisi pendek dari si kecil Faiz. tiba tiba menyadarkan betapa arti seorang ibu bagi setiap kita. Ungkapan "ibu hanya sedikit membuat puisi untukku" adalah retorika, betapa kadang apa yang diberikan dan dilakukan ibu kita sedikit saja kita ingat dan kita rasa, kasih sayang dan bimbingan tak kenal lelahnya adalah sedikit saja bagian yang kita kenang dan kita rasa sepanjang masa, tapi justru disitulah eloknya. Faiz si kecil, mengajarkan bahwa setiap sudut pandangan mata ibu adalah puisi dan kidung cintanya, bahwa setiap lantunan do'a yang tak pernah kita dengar adalah luapan cintanya, bahwa setiap apa yang beliau lakukan adalah sebentuk puisi kasihnya.
tak putus putus, tak putus putus, kata si faiz kecil. bahkan bila ku tidur. Dan menjadilah anak yang mencoba melihat selalu ada kasih sayang ibu di setiap geriknya, luapan amarahnya adalah kasih sayangnya yang kadang berwujud berbeda. tangisan rindu karena jauh di mata adalah juga kasih sayang yang terbentuk secara berbeda lagi, semuanya, semua geriknya adalah cintanya, semua liku perbuatannya adalah kasihnya, tak layak kita sedikitpun menyakiti, tak pantas kita sedikitpun menjauh dan melalai,
ada banyak coba, kadang, dalam mengeja cinta sang bunda,Apalagi setelah kita semakin menjadi dewasa, kadang ada sudut pandang yang berbeda dengan ibu kita dan kadang dengan ayah pula. Saat kita mulai mengenal dunia luar yang heterogen, setelah kita kian mengenal beragam ideology, saat kita mulai banyak mengenal benar dan buruknya peradaban, saat kita mulai banyak mengenal kehidupan dan realita realita dan idealnya hidup kita.
Kadang banyak coba, dalam masa masa ini, Apa yang kita maui, kadang tidak bersesuaian, apa yang kita jadikan prinsip, terkadang ditentang, apa yang kita citakan, kadang tidak disepakati dan tidak disetujui,
Dan inilah sebentuk kasih sayang ibu (dan bapak) yang lain. Mengajarkan kita untuk tetap mempertahankan ideologi dan senantiasa tetap beriringan dengan rasa cinta dan bakti pada keduanya, inilah indahnya berbakti, di saat saat titik terlemah kita mempertahankan apa yang kita nilai benar, inilah indahnya. Rasa berbakti yang dibumbui kesabaran, rasa berbakti yang dibumbui ajakan kebaikan, rasa berbakti yang dibangun dengan diskusi diskusi, maka saksikanlah, betapa kasih sayang ibu (dan ayah) akan tampak dalam mengkhawatirkan hal hal yang akan mencelakakan kita karena sudut pandang yang berbeda, tapi coba tatap mata hatinya, yang berbinar ketika bangunan komunikasi dan ajakan unutk memahami ideologi yang kita pahami, bertaut dengan hati putihnya, lihatlah, bukankah kasih sayangnya senantiasa tak putus putus?
Dan ibu (dan ayah) adalah orang pertama yang paling berhak mendapati apa yang tengah menjadi jalan hidup anaknya. Merekalah orang yang paling berhak tau bagaimana kondisi hati anak anaknya. Jatuh cintanya anak pada siapa, kesulitan yang tengah dihadapi serumit apa, kelelahan yang dialami seperti apa, ideologi yang tengah dianut adalah ideologi seperti apa, jalan hidup yang ditempuh sebagaimana, kesemua jalan jalan itu, ibu (dan ayahlah) yang paling berhak tau, walaupun berbeda, walaupun bertentangan, walaupun bertolak belakang. Ibu (dan ayah) adalah orang yang paling berhak untuk tahu, tahu itu semua, tinggal bagaimana menyatukan rasa, mensinegiskan paradigma, dan menyulam kesemuanya menjadi gerak bersama yang diridhoiNya,.
..Bunda,
Engkau adalah puisi abadiku
yang tak mungkin kutemukan dalam buku
(Faiz, November 2003)
Comments
Post a Comment