Kelegaan
Lega itu, bukan soal kita kehilangan apa dan mendapatkan
apa
Lega itu, soal kita sudah berusaha semaksimal apa sejauh
mana. Selebih itu, adalah kuasa Alloh dalam kita menyandarkan hasil sepenuh
pasrah padaNya.
Karena bagi kita, tidak ada alasan untuk tidak bahagia :D
Ah iya, saya jadi ingat satu peristiwa di KKN.
Jum’at pagi, saya ngajar di SMP N 1 Lendah, bersama mas
Agus, Gias, dan Debi. Di tengah-tengah kami memberi training motivasi ke
anak-anak smp, hape saya bunyi dan saya buka, sms dari Zulfa.
Ya. sms itu tentang dia, zulfa yang ditegur bapak-bapak
samping masjid tentang anak-anak KKN. tegurannya agak kasar, kira-kira,
anak-anak KKN tu ke dusun sini pindah tidur aja ya, ngk pernah muncul di
kegiatan-kegiatan masyarakat.
Malamnya kami anak satu sub
unit ngumpul dan evaluasi terkait kegiatan selama ini. Ohya, kejadian
ini ada, kira-kira kami dua minggu di lokasi KKN. tentu kami masih baru dan
masih fase observasi dan adaptasi kira-kira begitu. Ya, memang. Kami sadar
bersama, dua minggu we have do nothing. Kami belum nglakuin banyak. Setiap
warga tanya apa programnya, kami masih bicara dengan “rencananya mau...,
rencananya akan bikin....” aish, ya, ucapan-ucapan wacana begitulah.
Maka dalam pada malam itu, kami memang merasa bersalah. Ya.
ada semacam rasa salah yang menyeruak.
Waktu berjalan, kesibukan mulai terasa. Kami coba masuki
kanal komunikasi yang bisa sampai. Ah saya, lagi-lagi orang yang susah fokus,
kadang tak mampu menimbang mana kemampuan mana keinginan, jadilah semua elemen
ingin di rambah, ngk pemuda, ngk bapak-bapak, ngk anak-anak, pokoknya
semua-mua.
Diakhir masa, membuat orangmerasa puas dan senang dengan
keberadaan kita, memang sebuah kata yang mustahil. Ah iya, kita memang tak bisa
memaksa orang suka dan paham dengan kita, tapi kita harus menyukai dan memahami
kemajemukan orang-orang sekitar.
Tapi teman, antara yang dua minggu pertama keberadaan kami
di lokasi KKN dengan menjelang pulang, ada satu rasa dan pengayaan batin yang
begitu berbeda. Kalo boleh saya istilahkan, saya menamakannya dengan lega. Ya.
saya akhirnya kenal satu kosakata ini, lega. Ah menjelaskannya agar kau paham
tentu sulit. Ya intinya lega. Serasa ada beban yang terangkat. Sudah. Walaupun
hasil barangkali masih sama ya dimata orang-orang yang mengharapkan lebih
keberadaan kita, tapi ada kelegaan yang sangat saya rasa, ya, betapa kerja itu
akan memberi kepuasaan dan pengayaan batin tersendiri. Lega itu rupanya, muncul
setelah kita serius kerja.
Begitu pula di minggu minggu akhir ini. Saya mencoba untuk abai
dan tidak peduli dengan apa-apa yang adik-adik keluhkan tentang satu dan lain
hal. Tapi ya rupanya, saya belum sembuh dari penyakit untk tidak bisa tidak
peduli. Meskipun diam, masih ada juga berdiam-diam menanyakan kabar sejauh mana
capaian adik-adik sekitar. Ah iya, kadang memang ini berlebihan. Tapi
sebagaimana cerita tentang KKN di atas, saya merasa lega. Ya. lega yang susah
diucapkan dengan kata-kata saya.
Maka, berseloroh dengan salah satu adik kelas, mungkin
hujan di sore ini akan menyempurnakan bahagia.
Iya. Karena hujan dan dinginnya
bumi menambah nuansa berkah Alloh yang bertubi-tubi.
Soal lega, memang bukan karena kita mendapat apa atau
kehilangan apa, tapi kita sudah berbuat apa. Mungkin orang sekitar tak paham,
mungkin orang sekitar memandang sebuah lelucon, itu hak masing-masing. Tapi
sejauh mana kita menerima kondisi dan memasrahkan segala hasil pada Dia yang
punya segala, lega itu, betul-betul terasa.
Iya. Lega ini harus dilanjutkan dengan siasat baru, agar
kelegaan individu-individu, bisa membelajarkan bagi orang-orang yang awalnya
tidak tahu.
Pada tafsir Al Insyiroh,, lagi-lagi saya banyak belajar.
Senin
8:12
Comments
Post a Comment