Akhirnya Kita Harus Memilih
if u’re neutral in situations of injustice, u have chosen the
side of the oppressor (kata kata yang disampaikan sama Noe Letto di kicauanya
kmrn sore).
Pada akhirnya kita memang harus memilih. Sekalipun rasa rasanya
sudah tidak ada lagi harapan yang bisa dititipkan pada caleg-caleg yang fotonya
nempel di sepanjang tepian jalan dengan pose fotogenik yang ampun-ampunan.
Tapi bagaimanapun juga, akhirnya kita memang harus memilih.
Meskipun lagi lagi, dalam dinamika kepercayaan, hal yang paling berat adalah
memberikan rasa percaya. Apalagi di tengah kerumunan orang yang begitu piawai
mengumbar janji janji. Memberikan rasa percaya pada mereka? Rasanya terlalu
menyedihkan hak perwakilan kita diwakili mereka-mereka.
Tapi pada akhirnya kita memang harus memilih. Meskipun sulit
untuk harus menukar harga nurani kita yang begitu mahal.Meskipun teramat kita
tahu, harga mahal kedaulatan pribadi pribadi kita. Meskipun tahu, harap
kita mungkin bak jualan murah yang banyak dianggap oleh orang berduit setara
dengan recehan uang di dompet mereka.
Tetapi
Pada akhirnya kita memang harus memilih.
Pada akhirnya kita memang harus memilih.
Menukar harap dengan keberanian sikap.
Menukar asa dengan kejantanan posisi. Menegaskan pada sisi mana
kita berada.
Menunjukkan pada dunia tanggungjawab keberadaan kita menapak
jengkal tanah ibu pertiwi.
Pada akhirnya,
Kita memang harus memilih.
Kita memang harus memilih.
Pertama, menegaskan
pilihan kita. Untuk memilih atau melarikan diri dari paparan realita yang ada.
Kedua, mengambil pilihan, berarti menggoreskan harap pada nyaris keputusharapan
kita.
Mencari celah cahaya diantara kelamnya gurita penipuan penipuan
terencana.
Ya. Pada akhirnya kita harus memilih.
Menukar harga mahal kedaulatan diri kita, dengan narasi besar
yang dipancangkan oleh sedikit orang-orang di negeri ini, yang selalu meniupkan
secercah sinar harapan, untuk negeri yang lebih baik. Lebih mulia. Lebih
bermartabat.
#wanimilih
24032014
Comments
Post a Comment