Bangga Menjadi Bagian dari yang Kita Cintai

Di deretan akun tumblr yang saya follow, pagi ini saya menemukan reblog-an tumblr orang tentang acara yang diselenggarakan secara virtual yang mengundang pemilik tumblr tsb untuk jadi narasumber. Komen pemilik tumblr tsb adalah : Glad to be a part of xxxxxxx’s enthusiasm!

Bangga menjadi bagian -entah passion, minat, atau yang lebih dahsyat lagi- dari orang yang kita cintai.

Itu statement yang sederhana sebenarnya, tapi bagi saya sarat makna. Saya selalu menyukai keterlibatan, melibatkan banyak orang terutama untuk hal yang saya ketahui itu baik, menyenangkan, dan, tentu saja menguntungkan *dalam perspektif keuntungan yang luas*. Ngaji itu baik, maka saya ingin banyak orang terlibat ngaji. Bikin acara itu asik, saya ingin banyak orang ikut andil bikin acara, atau apa saja. Maka kalo diperhatikan dalam keseharian, dalam aktivitas Sabtu Minggu ada bapak-bapak kerja bakti, saya selalu mengamati, betapa menyenangkannya kebersamaan, semua terlibat, semua memiliki. Asik kan? Emang apa enaknya sih jadi eksklusif? Mencipta gap? Atau hal2 semacamnya? Main sama yang itu2 terus? Mencipta dunia sendiri?

Saya belajar banyak dari ibu saya. Bagaimana beliau spontan dalam melibatkan diri dengan kiri kanan. Dalam hal duniawi maupun yang urusan agama. Misalnya anak siapa keterima kerja, beliau sangat excited, padahal yang ketrima kerja bukan anak sendiri. Tapi pas saya tanya : Ya kan kalo dia kerja dia punya uang, kalo pas kita nggk ada kan bisa jadi tempat pinjaman *saya nyengir*. Lagi, kalo malam rumah saya rame, dan beliau akan seneng, meskipun tau hal tsb tentu saja mengganggu. Tapi pas ditanya : lha kan kuwi senenganmu (lha kan itu hal yang menyenangkan bagimu). Dan masih banyak lagi.

Dan dalam batasannya, lama-lama saya juga mengerti, tentang keterlibatan ada timbal balik antar dua unsur, yang akan teramat menyenangkan jika lahir dari kerelaan, kesenangan dan keikhlasan kedua belah pihak. Kita ingin terlibat dalam kebahagiaan orang lain, sekaligus terlibat dalam kesulitan dalam bentuk simpatik. Keterlibatan dalam kebahagiaan, misalnya dengan doa tulus ketika teman kita menemukan batu pijakan untuk melangkah pada step hidup seharusnya. Keterlibatan dalam bentuk simpatik, juga pun tetap mengenal tata caranya. Ya kan? Karna sesungguhnya, pada dasarnya, manusia itu ingin diakui, entah dari sudut kelebihannya yang mana. Maka bukankah akan sangat menyenangkan jika kita terlibat dalam “kesenangan-kesenangan”nya? *pilihan katamu,Tim* dan cenderung untuk menyembunyikan kelemahannya. Maka bukankah lebih baik jika kita ikut terlibat menjaganya dalam menjaga kelemahan dan kekurangannya? Bersimpatik dengan tata cara yang pas, karna dianya sudah berusaha menutupi tetapi ketahuan juga?

Begitulah.

Menjadi bagian dari orang yang kita cintai adalah bangga.
Dan sekaligus kita pun mengerti, dalam kebanggaan kita menjadi bagian orang lain, orang lain tersebut pun menyenanginya.

Kantor, 12012015

Edisi gabut

Comments

Popular posts from this blog

Bunga Bunga Kamboja : Semua akan Berakhir pada Akhirnya

Memilih, Mengharuskan, dan Memilih Keharusan

HARI INI TUJUH TAHUN YANG LALU