I knew I loved you (all), before I met you (all)




Senja Januari. 

Savage garden mengalun pelan,

I knew i loved you before i met you..
I knew i loved you before i met you..

Bersetting kita kita melingkar berjilbab berkibar kibar. Juga berjalan jauh mendaki tinggi, juga melangkah panjang menyusur satuan mimpi mimpi.

Ya. Agamamu adalah teman dudukmu. Temanmu adalah cerminmu. Kata kata temanmu adalah nasihat terbaik untukmu. Semakin pedas, semakin jelas dia mengenalmu. Paham adalah kemampuan menasihati. Saling menanggung adalah saling merasai. Saling itsar adalah saling mendahulukan. Kita belajar bersama tentang itu. Satu satu. Satu satu. Lama,, juga berliku. Jika nampak slama ini yang manis manis, aku curiga, ada fase yang harus dilewati lagi suatu ketika (pinjam istilah Khalia) dengan lebih terbuka merujuk pada siapa kita sebenarnya.

Sudah kubaca semua. Satu satu. Yang Cuma dua larik, yang setengah halaman, yang pake kertas warna warni, atau yang dilipat asal kelihatan rapi. Sudah. Dan kuambil satu kesimpulan:
“jika dosa itu bau, niscaya kalian tak kan mau berdekat dekat denganku”

Thats the fact.

Tapi Alloh menghijabi aib. Lagi lagi, jika dosa itu bau, pasti. Tak seorangpun, mendekatpun pasti tak mau.
Maaf sodara sodara, pikiranku akhir akhir ini agak wahabi, ditambah satu keyakinan baru yang kudapat dari buku pinjaman teman

“perjalanan selalu bersifat pribadi
Jika kau dan aku pun berjalan bersama
Perjalananmu bukanlah perjalananku”

Jadi, biarpun i knew i loved you (all) before i met you (all), biarkan ia mengalir pelan dalam kerja kerja bersama. Jebakan jebakan romantika kadang tak selamanya baik untuk kesehatan (?). Dakwah kian butuh keprofesionalan. Mari kita belajar bersama untuk yang step step selanjutnya.
#keep shine and see you at the top :D

Kamis. 17 Januari 2013
Depan El Qowi KarangMalang : 08.40

Comments

Popular posts from this blog

Bunga Bunga Kamboja : Semua akan Berakhir pada Akhirnya

Memilih, Mengharuskan, dan Memilih Keharusan

HARI INI TUJUH TAHUN YANG LALU