Kuliah FYI (?)



Baru tahu, di hari ini, regulasi tentang pengelolaan hasil hutan di Indonesia. Kata dosen saya barusan, kalo kekayaan yang ditumpuk pak Harto bisa menghidupi 7 turunan, maka jaman SBY ini bisa menghidupi tiga kali lipat. Kurun waktu yang diperlakukan HPH (Hak Pengelolaan Hutan) di jaman pak SBY ini 3 kali lipat jaman Pak Harto. Jika di jaman Pak Harto HPH berlaku 30 tahun, di jaman SBY sekarang, masanya berlipat jadi 90 tahun. Jadi jelasnya gini: sekarang, eranya Pak SBY ini, dalam waktu 90 tahun, orang yang berhasil memenangkan lelang HPH berhak ngapa-ngapain tu hutan, sekaligus dalam 90 tahun pula uang milik rakyat -pemilik hutan yang sesungguhnya- mengalir ke kantong pemilik HPH. Tau pemenang HPH jaman pak SBY ini siapa? Saya kasih tau, tapi jangan bilang2! Yang dapat tak lain dan tak bukan adalah adik kandung ibu negara, adiknya bu SBY. Okefix. Jangan bilang2 lho ya!

Pak Harto jadi presiden di era 60an, bersahabat dengan petinggi China, yang punya penduduk ranking 1 di dunia. Kata petinggi China ke pak Harto kala itu, “Sobat, China bakal ngeksis di belantika dunia, bahkan akan memimpin dunia 50 tahun lagi!” Angka existingnya ngk disebutkan, tapi terbukti, 2010 China adalah raja ekonomi dunia. Nasihat lanjutan “Sobat, kalo negaramu juga ingin ngeksis, kamu mau ngeksis, pastikan rakyat pendukungmu banyak :’)!” maka 10 tahun pertama Pak Harto memimpin negara, beliau biarkan fenomena baby booming terjadi di Indonesia, siapapun, orang manapun, boleh melahirkan anak sesuka hatinya, muncul slogan slogan “lebih banyak, lebih baik” dan semacamnya. Bayi bayi ini adalah generasi pendukung bukan? Lalu di tengah perjalanan pak Harto berpikir, 30 tahun ke depan kepemimpinannya, negaranya bakal masuk five top penduduk terpadat di dunia. Very close. Sangat dekat prediksinya kini terbukti, sejak tahun 2000 Indonesia menjadi negara yang menduduki ranking ketiga terpadat penduduknya di seantero Dunia. Kala pak Harto terilhami pemikiran seperti itu, program KB lantas diluncurkan, lancar, tanpa hambatan. Segala rupa jenis dan tipe pengendali kehamilan merebak di seantero pelosok negeri, tanpa dibarengi kesiapan mental penduduk dan pendidikan moral yang tepat. Walhasil, kini pun dampak yang diprediksi very close dengan realita yang terbaca, kesehatan reproduksi, antisipasi dengan berbagai alat kontrasepsi, menambah daftar panjang keamburadul dan keacakadul-an negeri.

Pulau Jawa dan Madura. Adalah pulau dengan penduduk terpadat di Indonesia. Tanpa kekayaan tambang, tapi potensi agraria melimpah ruah dengan kiriman abu vulkanik yang ibarat pupuk alam, di sepanjang pulau ini didapati. Ya itu, lewat deretan gunung gunung berapi. Sumber listrik terbesar dimonopoli satu sungai yang cukup besar. Sungai Citarum, yang tempo hari dinobatkan sebagai the worst river in the world (tepuk tangan dulu rekan rekan!!! Emang apa artinya coba :P). Sungai Citarum yang adalah sumber pembangkit listrik terbesar, adalah sungai yang terkotor, dan terburuk (managemennya, alirannya, pengelolaannya, dan –nya –nya yang lain). Ngk perlu kan kita bayangkan kapan sungai itu berhenti ngalir karena berubah jadi daratan sampah?

Tengkulak. Ini persoalan sosial. Dari dulu sampai sekarang masih sama. Dulu berupa orang per orang, yang berkuasa jadi tuan tanah. Kuasanya menaklukan siapapun yang dia cekik via kuasanya, kuasa kultur, dan tentu saja, kuasa tega. Pak tani pak tani yang punya lahan lahan kecil diminta menanam padi, dan dia –tengkulak- adalah midle person yang akan menyalurkan hasil pak tani ke para konsumen. Teganya para tengkulak, ia beli sesuka hati ke petani, kalo petani gak mau, ya tetap harus mau. Pilihannya cuma dua, mau dan harus mau! Namanya tengkulak. Kini tengkulak itu berubah wujud, wajahnya dipoles dengan komestik mahal. Tapi attitude-nya tak berubah, masih sama, kepada petani, masih berlaku kuasa tega, masih berlaku kuasa kultur. Tengkulak itu kini berubah, menjadi superindo, carrefour, lottemart, giant, dan saudara saudaranya. Pusat belanja kebutuhan megah yang pongah di pusat pusat kota. Didalamnya berkarung karung beras, bermerk –pake merk pusat perbelanjaannya tentu saja- adalah diambil dari desa desa, yang petaninya dipaksa, bekerja mengolah lahan agar hasilnya sesuai pesanan. Mati matian pak tani kerjanya, tentu saja. Dengan lahan yang terbatas, maka yang dipakai adalah strategi intensifikasi. Pupuk, pestisida, dan seterusnya dan seterusnya. Maka anak cucu dan genoside kesekian yang lahir dari rahimnya siap menerima lahan yang lenyap sudah nilai produktivitasnya.

 4 kasus di atas. Adalah materi kuliah yang mengendap di pikiran saya. Sampai sekarang. Selebih itu ada tugas analisis dan studi kasus permasalahan lingkungan sosial berbasis piramida penduduk dengan mengambil studi kasus satu negara.

Lagi lagi masih 4 kasus di atas yang tetap mengendap. Saya jadi tahu beberapa hal yang awalnya saya ngk tahu. Habis itu? Saya tak tahu harus berbuat apa dengan ke-tahu-an yang saya dapati itu.

Jadi, kesimpulannya : kuliah hari ini, yang menarik dibanding hari hari kemarin, yang menyenangkan dibanding tempo hari, intisarinya adalah FYI. Just For Your Info. Njut aku kudu ngopo??!

Studio Geoinfo
Selasa, 15 Januari 2013 :: 11:37
setelah satu teman blok menyodorkan sebungkus  rokok, “ayo Tim! Jarene ar ngrokok?!” Dengan nyengir ngasal tentunya tawaran itu mendarat #Duh Kelas PL 

Comments

Popular posts from this blog

Bunga Bunga Kamboja : Semua akan Berakhir pada Akhirnya

Memilih, Mengharuskan, dan Memilih Keharusan

HARI INI TUJUH TAHUN YANG LALU