Saya Sedang Jatuh Cinta ?
Fix. Saya masuk
bangku kuliah lagi, setelah 4 bulanan jadi pengacara alias pengangguran banyak
acara. Dan betapa singkat ternyata waktu lima bulan itu teman, saya baru sadar.
Ngapain tim ngk kuliah? Something wrong? Yes, sangat sangat wrong. Ngk kuliah itu
suatu kesalahan besar. Sangat besar! Karena status kemahasiswaan adalah status
yang sangat sangat wow! Jadi tidak menggunakan kesempatan kuliah atas status
kemahasiswaan yang melekat adalah satu ke-salahan-an yang sangat besar (minimal
bagi saya). panjang alasannya saya bisa berpendapat seperti ini, suatu saat. ditulisan lain pnjelasannya, mudah2an.
Satu alasan yang
membuat saya sempat menganggur, dan kemudian kembali lagi duduk manis di hari
hari kuliah, adalah satu kata saja : Cinta. Memang ajaib satu kata yang bernama
cinta itu ya! Mampu menjadikan seorang remaja yang awalnya polos menjadi
berwarna warna, mampu menjadikan gadis pendiam menjadi banyak cerita, juga
jejaka yang awalnya lantang suaranya mendadak mampu mengarang puisi berbait
bait. Ajaib. Tapi itulah cinta. Ngk ada definisi pasti, tapi dampaknya dasyat
begitu kuat dirasakan orang orang sekitar.
Berbulan bulan yang
lalu, cinta menjadikan kefokusan begitu bertumpu pada satu titik. Oya, satu hal
lagi, cinta kadang kadang subyektif –gak ada logika kalo kata agnes-dan
menjadikan kurang adil bersikap pada sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang dicintai. Fokus
pada satu titik, dan menjadikan itu yang utama diatas segalanya, walhasil,
benar, yang tak sesuai dengan yang dicintai pun ikhlas mengalah, meski tetap
melambai tak kenal lelah, mengharap badan balik kanan dan kembali mengajak
berjalan beriringan.
Kemudian hari hari
terakhir datang, dari titik yang begitu dicintai, menggiring kepahaman bagi
jiwa, ngk selayaknya titik ini dicinta
dengan cara seperti ini, ditumpahruahi. Cukup dalam batasan yang wajar saja,
karna bisa jadi ia akan menjadi satu hal yang begitu kau benci disuatu hari.
Ah. Cinta juga berarti pengorbanan tanpa tepian. Sauh berputar, bukan berbalik
arah. Tapi membentang jaring kian luas. Cinta membuat warna warni dunia yang
beraneka bisa ditangkap. Pandangan menjadi meluas, daya jangkaunya menjadi tak
lagi picik. Ada hierarki yang tak menjadikan satu dan yang lain terpisah, hanya
barangkali harus terurut atas bawah karena faktor prioritas.
Cinta kemudian
menjadikan nalar berjalan sebagaimana mestinya. Barangkali, barangkali ini yang
bisa disebut cinta yang adil. Cinta yang menjadikan ia bersikap proporsional,
bahkan pada cinta itu sendiri.
Cinta yang adil,
menjadikan bahkan, yang begitu membosankan menjadi terlupakan segera begitu
yang dicintai itu datang. Cinta yang adil, mampu membuat waktu waktu yang begitu
lama berjalan satu satu, menjadika mampu bersabar pada proses yang awalnya
terasa jemu. Cinta yang adil, ia begitu adil bahkan pada sesuatu yang ia benci sekalipun.
Dan cinta yang adil,
buritannya berdiri dengan gagah.
Menuntun untuk berpikir dengan mendalam, membentangkan pikiran agar semakin
meluaskan sudut pandang, dan waspada terhadap keinginan keinginan yang bersikap
ego sesaat. Cinta yang adil, walhasil, akan menelurkan putusan putusan yang
bukan sebatas lintasan pikiran. Cinta yang adil membuahkan putusan yang matang.
Mata tajamnya cinta
meng-elang. Tajam seperti mata elang yang dari kejauhan mampu mendeteksi
mangsa. Mata cinta, setelah adil-nya melekat, menjadi tajam. Pandangannya
tajam. Bervisi, bermimpi, dan konkrit.
Cinta yang tajam membuat kemampuan pandang tak terbatas pada realitas
sehari hari saja. Cinta yang tajam sudah membaca 50 tahun mendatang seperti apa
kisah cinta itu berjalan meskipun masa baru hari ini dilewatkan. Cinta yang
tajam, menjadikan bersegera, tidak terbiasa dengan tergesa gesa.
Adil dan tajam.
Keadilan dan
ketajaman, jika disilang menghasilkan satu massa baru bernama totalitas dan
profesional. Karna cinta sendiri artinya kata kerja. Kata kerja itu bukan
sekadar wacana, apalagi modal retorika. Disini mulai nampak, cinta yang tumbuh
bercabang pragmatis-oportunis, atau memang lahir dari hati. Semua beriring
kawan, dan itu nampak jelas. Meskipun mulut berbusa membela diri, tapi laku tak
bisa bohong. Beriring. Ini berbanding lurus dengan lama waktu. Yang cabang
pragmatisnya mencabang meranting semakin bertambah, nampak, berguguran satu
satu dengan sukses. Cinta itu hanya untuk ketulusan. Yang tak sabar, bangunan
adil dan tajam yang ia bangun, bukan tidak mungkin satu satu menggugurkan diri.
Maka persilangan memang selalu memproseskan bentuk baru, kesabaran dan
kesalingmengertian.
Cinta yang adil,
tajam, bersilang membuahkan total dan profesional, terus turun ke arah
ketulusan, kesabaran, kesalingmengertian, dan bermuara tawakkal. Pasca itu :
berkah, berkah, dan berkah! Kebaikan yang bertambaha tambah, meski diantara
lelah dan musibah, diantara derai tangis dan reriuh tawa. Hanya satu : kebaikan
yang bertambah tambah.
Errrrrrrrr. Kenapa tulisan saya menjadi teramat absurd gini ya?
Memang orang jatuh
cinta bisa berubah menjadi orang yang teramat absurd. Tak peduli pada apa
(bukan siapa) ia jatuh cinta. Apakah saya lagi jatuh cinta?
“Katakanlah,”Jika
bapak bapakmu, anak anakmu, istri istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah rumah tempat
tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai drpd Alloh dan RosulNya serta
berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Alloh mendatangkan keputusanNya.
Dan Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang yang fasik” (At Taubah: 24)
Multazam
PPMi Asma
Jum'at 11 Januari 00.26
Comments
Post a Comment