(Semacam) Belajar tentang Pemuda


            Kelebihan menjadi  mahasiswa itu hanya sederhana, yaitu mahasiswa diberi kesempatan memiliki akses dan kemampuan untuk menambah kapasitas intelektualnya secara berkelanjutan, dan mahasiswa diberi peluang mengambil banyak momentum perjuangan. Selebih itu, mahasiswa adalah sama dengan semua elemen masyarakat dan warga negara lainnya.

            Indonesia yang berdaya guna. Daya guna, menurut kamus bahasa Indonesia adalah menghasilkan sesuatu yang lebih, nilai berlipat ganda. Indonesia berdaya guna, artinya menjadi Indonesia yang tidak biasa biasa saja, menjadi Indonesia yang selalu melakukan lompatan lompatan lebih dari yang dilakukan saat ini, atau yang dilakukan kemarin kemarin.

            Mahasiswa untuk Indonesia yang Berdaya guna adalah sebuah tagline yang mau tidak mau, suka atau tidak suka, mulai perlu direnungi dengan perenungan mendalam, mulai saat ini, untuk sebuah lompatan menjadi negara yang berhenti mengurusi hal hal yang terkesan sepele dan itu itu saja. Korupsi, lagi dan lagi. Berikut derivat kondisi kenegaraan Indonesia yang menuntut solusi, bukan sebatas beramai ramai membicarakan ada masalah ini, ada masalah ini, dan selesai pada pembicaraan masalah, problem talker, bukan problem solver. Inilah momentum mahasiswa.

            Kampus sebagai sebuah wadah besar candradimuka penggodokan mental para tokoh solusi bangsa di masa depan, adalah tempat yang sangat ideal. Semua mahasiswa dari beragam latar belakang, beragam suku, ragam bahasa, ragam kultur, ragam ideologi, adalah tempat untuk berapi api melejitkan semua potensi untuk dijadikan batu loncatan menjadikan Indonesia yang besar, berdaya guna tentu saja.

            Belajar dari fakta sejarah, sejak tahun 1908, sampai dengan 2013 ini, disetiap momentum, para mahasiswa adalah ujung tombaknya. Saat politik etis sebagai “balasan setimpal” yang dihadiahkan kolonial kepada pribumi terjadi di Indonesia, mahasiswa lah yang memiliki andil merebut momentum sebagai janin dan jabang bayi lahirnya gerakan perlawanan di kemudian. Penciptaan momentum kongres dan sebagainya untuk menghimpun konsolidasi, maka 28 Oktober 1928 menjadi momentum lahirnya sumpah pemuda, lagi lagi, garda terdepannya adalah mahasiswa. Malam menjelang 17 Agustus 1945 adalah momentum yang kembali diciptakan pemuda dan mahasiswa –lagi lagi- sebagai ujung tombaknya, meletuskan satu monumen bersejarah yang tak kan pernah dilupakan sejarah sebagai proklamasi kemerdekaan negeri setelah sekian tahun diperjuangkan dan dinanti nanti. Berikut tanggal tanggal bersejarah berikutnya, malari, sampai pada reformasi, dan kemudian momentum memperingati detik detik reformasi sampai dengan hari ini semuanya bertumpu pada kecepatan dan kecakapan mahasiswa, mengambil momentum momentum bersejarah di sepanjang perjalanan negeri ini.

            Apa yang menjadikan mahasiswa begitu hebat??

Mahasiswa adalah manusia biasa, yang didalamnya dianugerahi kumpulan energi yang maha dahsyat. Di dalam jiwanya ada ide, tapi yang lebih mulia dari “sekedar” ide itu adalah kemauan dan kemampuan untuk merealisasikan idenya dengan langkah langkah konkret. Inilah kelebihannya. Kumpulan idenya tidak berhenti pada wacana wacana dan rekomendasi rekomendasi sebagaimana generasi tua melakukannya dengan tak kenal henti mengenang romantika muda dan segala nostalgia. Semangat perlawanan juga pendidikan yang luar biasa bagi para pemimpin negeri, sebagaimana Pramudya Ananta Toer mengetengahkan “Didiklah pemimpin dengan perlawanan, dan didiklah masyarakat dengan organisasi”  maka semangat perlawanan generasi muda khususnya mahasiswa adalah pendidikan yang hebat sekaligus pengawasan yang jeli bagi generasi tua yang ada di bangku pimpinan yang memiliki kerawanan menyimpang lebih tinggi.

Setelah semangat perlawanan, semangat mengkomodasi kepentingan secara bersama sama sebagaimana penggalan kedua kata kata Pramudya “Didiklah masyarakat dengan organisasi”  merupakan karakter pemuda, khususnya mahasiswa. Mengakomodasi kepentingan dan semangat soliditas dan kesamaan visi, adalah ciri mahasiswa. Kemampuan mengakomodir dan membangun soliditas, tak lain karena jiwa muda sangat miskin akan tendensi, belum ada kepentingan melanggengkan pengaruh sebagaimana penyakit yang kerap menjangkiti generasi tua.

Semangat berapi api dan fokus pada apa yang dihadapi dan dikerjakan, adalah karakter mahasiswa. Jiwanya yang bebas, semangatnya yang menggelora, diimbangi dengan kapasitas keilmuan dan akomodasi potensi menjadi suatu lejitan yang luar biasa untuk melahirkan ide ide segar pembangunan bangsa. Fakta sejarah telah membuktikannya. Sardjito, Sutan Sjahrir, Bung Tomo, Bung Karno muda, Pak Harto muda, sampai Anis Baswedan, adalah pembuktian pembuktian fakta sejarah ini.

Menjadi pertanyaan sekarang, fakta sejarah, karakter pemuda, dan semangat berapi api yang tak mudah padam ini, bagaimana diakomodasi agar mampu melahirkan solusi bagi Indonesia yang berdaya guna???

Menjadikan semua mahasiswa menjadi pemimpin (dalam artian politis) jelas bukan solusi. Pergolakan kepentingan mahasiswa dan sesama generasi muda bisa jadi memakzulkan berbagai solusi atas beragam persoalan negeri jika pemimpin dalam artian politis yang dijadikan tujuan, Bangsa ini tetap membutuhkan semua elemen yang cukup patuh dengan satu instruksi untuk menjadikan negara ini stabil, sebelum kemudian beranjak menjadi satu bangsa yang berdaya guna dalam arti yang sesungguhnya.

Tetapi menjadi pemimpin dalam arti karakter adalah keharusan, sehingga ketika lepaslah status bernama mahasiswa, solusi solusi yang tertempa di sepanjang bangku perkuliahan berikut segala aktivitas yang digelutinya, benar benar menjadi solusi riil dan konkret yang siap dikerjakan di lapangan bernama masyarakat Indonesia.

Maka menjadi pemimpin yang memiliki kapasitas profesional bidang keilmuan masing masing adalah sebuah keharusan ketika kita berbicara masa depan Indonesia. Basis sosial pendukung keilmuan juga dibutuhkan, maka bahu membahu antar elemen keilmuan dengan karakter kepemimpinan yang ideal yang ditumbuh kembangkan dengan memahami latar kemajemukan bangsa ini sebagai alternatif solusi.


Kata kuncinya: menjadilah mahasiswa, yang berkarakter pemimpin, mumpuni di bidang keprofesionalannya, dan memiliki ketajaman mata hati dan nurani untuk selalu bekerja sama lintas mahasiswa mewujudkan cita cita besar bersama. Pada kebebasan berpikir dan ketajaman nurani cita cita berdaya guna akan diwujudkan.


Siti Fatimah

Comments

Popular posts from this blog

Bunga Bunga Kamboja : Semua akan Berakhir pada Akhirnya

Memilih, Mengharuskan, dan Memilih Keharusan

HARI INI TUJUH TAHUN YANG LALU