Jono
Jono awal dibawa pulang |
Anak anak Jeni yang berarti ponakan Jono |
Jono.
Jono adalah nama kucing yang menempati rumah sejak akhir tahun 2017. Diadopsi oleh adik saya dari gelanggang mahasiswa. Jono adalah saudara kembar Jeni. Jono jantan sedang Jeni betina. Jono dan Jeni adalah nama yang diberikan di rumah hasil dari kesepatan bersama.
Saya bukan pecinta kucing dan hewan - hewan rumahan lainnya, tapi kehadiran dua makhluk mungil ini menjadi cerita baru. Saya belajar menerima kehadiran mereka. Dengan kelucuan sekaligus rusuhnya mereka. Dengan mata bulat mereka sekaligus pipis sembarangannya mereka kadang - kadang. Mereka tumbuh besar. Sampai Jeni si betina rajin main dengan kucing jantan tetangga dan tau - tau suatu hari perutnya membesar alias bunting. Selang beberapa waktu, lahirlah 4 anak - anak Jeni, 3 jantan satu betina.
Karena jumlah yang terlalu banyak, anak - anak Jeni pun dibuka siapa yang bersedia mengadopsi, hingga tersisa satu ekor saja jantan anak Jeni di rumah. Oh iya, kakak ipar saya bawa dua ekor jantan himalayan. Namanya Embot dan Abu. Embot karena bobotnya cukup berat (gembrot) dan abu - abu karna sebagian ekornya berwarna abu.
Total sebelum kucing - kucing diadopsi ada 8 di rumah. Udah macam kumpul trah kalo mereka lagi makan bersama.
Sejak kakak saya pindah dan kucing - kucing diadopsi dan diangkut ke rumah baru, tersisa 3 kucing di rumah : Jono Jeni dan anak Jeni yang kita namai Baba. Kembarannya Bibi. Baba cowok Bibi cewek.
Hidup damai, sampai kejadian seminggu ini semacam roller coaster yang mengaduk - aduk emosi. Sebelum kejadian dua minggu ini, saya sudah berdamai tinggal bersama makhluk - makhluk itu.
embot abu |
Minggu kemarin tepat hari Jumat setelah Jumatan saya bawa Jono ke dokter hewan demi dipotong kelelakiannya wkwk alias disteril. Menimbang kami juga mencegah Jeni dengan steril untuk betina, maka kami pun memutuskan melakukan hal yang sama ke Jono agar dia tidak menghamili betina - betina tetangga.
Steril berjalan lancar.
Belum sadar betul dengan muka masih linglung dan badan
sempoyongan Jono kami bawa pulang.
Luka perlahan mengering.
Kamis kemarin seharian dia terus saja mengeong - ngeong deket saya. Mencoba memahami : lukanya yang mulai mengering pasti menimbulkan efek gatal luar biasa. Tapi sedihnya saya tidak tanggap untuk memakaikan collar atau tindakan preventif lainnya. (Bagaimana pun sejauh ini garukannya si kucing tidak signifikan pengaruhnya ke bekas luka).
Dan tadi pagi adalah puncak roller coaster.
Tetangga mendatangi rumah menyampaikan luka Jono keluar banyak darah. Langsung tanggap, saya bawa keranjang dan saya jemput Jono. Dia pulang dengan mengeong parau kesakitan. Saya cuci lukanya dengan larutan infus. Kontak drh sana - sini mana yang bisa menangani dan hasilnya nihil. Maklum, hari masih pagi. Bahkan puskesmas hewan pun belum buka.
Begitu jam 7 puskeswan buka, segera saya larikan Jono yang berdarah - darah kesana.
Hasilnya?
Nahas bagi Jono dan penyesalan bagi kami : Jono mati karna kehabisan darah.
Pergi diusia 1.5 tahun.
***
Kucing - kucing di rumah adalah makhluk - makhluk yang mengajari saya memaknai kembali kemanusiaan. Kematian Jono menyisakan sedih dan pelajaran sekaligus.
Istirahat yang tenang Jon, semoga saya bisa merawat yang lain dengan lebih baik.
Comments
Post a Comment