Teman Teman di Mei
Ditulis menjelang masuk Juni
23:59
Mendekati tengah malam. Tulisan ini dimulai.
Perjalanan ke timur yang banyak membawa hikmah. Mungkin besok,
aku akan menceritakannya kalau sempat.
Apa yang sudah saya lakukan sepanjang Mei? Apa yang sudah
saya kontemplasikan dan ditarik pelajaran dari setiap kejadian di sepanjang
Mei? Pokoknya banyak. Sangat sangat banyak, kalo diceritakan tak cukup selembar
dua lembar kertas untuk menampungnya.
Baiklah. Mungkin paling pas akan saya ceritakan petualangan
bersama teman-teman megaforce saja, di minggu ketiga bulan ini. Tak perlu saya
jelaskan siapa teman-teman megaforce ini, intinya mereka adalah orang-orang
yang masih mau bekerja untuk hal yang sebenarnya dengan mudah kalau mau
ditinggalkan begitu saja dengan sukacita pun tak mengapa. Apa peran saya di
tengah-tengah orang-orang ini? Sebut saja saya pelengkap penderitaan yang
berusaha menempatkan diri sepas-pas yang saya bisa.
Oke. Here we are..
Seminggu yang lalu, kami menyelenggarakan satu acara di
suatu tempat yang cukup jauh dari tempat kami biasa beraktivitas. Dua hari
menjelang hari H, hari H dilaksanakan pada hari Sabtu, dan saat itu kami
berkumpul di hari Kamisnya, membahas satu dua persoalan yang akan dibawa di
hari Sabtunya. Penentuan tempat dan teknis pelaksanaan diserahkan kepada salah
satu orang diantara kami, sebut saja Mawar (horor banget pake inisial beginian
:l, mirip2 korban pedofil yang beberapa minggu lalu terus-terusan jadi headline
news-nya TVO*e. Oke. Ganti, sebut saja dia bunga). Si Bunga (errrrr) dapat
jatah menentukan tempat dll di hari H. Dan sampai berganti hari, dia masih saja
ngewasap saya minta tolong-minta tolong nanya tempat. Yaelah Mblo, dimana-mana
juga namanya booking tempat seminggu dua minggu sebelum pelaksanaan, lhah ini? Mana dia orangnya (sok) idealis lagi, harus yang begini, harus yang begitu dan
sebagainya. Fainhhhh. Saya masih sangat bersabar membersamai Bunga hampir 5
tahun dan tahu karakternya betul kayak apa. Maka dengan sabar dan penuh
pengertian saya berikan beberapa alternatif tempat. Parahnya konco megaforce
lain hanya merespon sekenanya. Oke, sampai tahap ini saya masih sangat
memaklumi, mereka adalah orang yang terbiasa aksi, terbiasa dengan hal besar
yang sangat wah dan fenomenal, saya sangat-sangat memaklumi kalo urusan detil
pada tidak telaten, tapi ini semua akan ada masanya untuk diakhiri.
Di tetapkan salah satu tempat di suatu tempat yang cukup
jauh dari pusat peradaban biasanya kami beraktivitas. Bukan kebetulan, dua
diantara anggota megaforce sudah pernah ikut mengisi suatu acara disana. Dapat kontak
lokasi, dan diiringi rapalan dzikir, akhirnya tempat bisa dipake. Gimana? Fix? Fix?
Oke. Ada yang tahu lokasinya? Satu diantara orang yang tahu lokasi menyampaikan
ancer-ancer sekenanya. Seingetku lho ya, seingetku, jalannya lurus bla bla bla
turun trus ada plangnya. Oke? Oke. Fix. Sampai sore hari wacana untuk survei
masih bergulir, ini rute sama sekali tidak meyakinkan, dan besok harus membawa
orang yang tidak bisa dibilang sedikit jumlahnya. Maka survei menjadi satu step
yang penting untuk dilakukan. Tapi sampai anggota megaforce yang perempuan
menawarkan diri untuk survei, yang para laki-laki tak juga peka, mengajukan
diri, “saya saja,” atau “bagaimana kalo sama ini dan ini” pun tidak dilakukan,
sampai akhirnya pada kesimpulan, pakai saja rute yang tadi di awang-awang,
besok pagi-pagi kita kesana duluan ngasih lokasi yang pas-fix-presisis-dan
akurat (dan ini akhirnya selesai pada tingkat wacana).
Dan seperti yang dibayangkan. Orang-orang yang diarahkan ke
lokasi mengalami kebingungan yang membuat rasa-rasanya salah kami tidak
termaafkan (tapi kita mah cuek aja). Acara berlanjut dengan satu dua superhero
dadakan yang dimunculkan, sembari tim megaforce kelimpungan mencari celah dan
waktu agar garapan yang harus ditampilkan bisa terselesaikan. Dimana saya di
tengah teman2 megaforce lain tergeragap semedi di suatu tempat mengerjakan
tugas? Saya kipas-kipas di gedung PKKH sambil menikmati sepoinya angin dari
kanan kiri jendela. \\0//
Tiba jam dhuhur dan harus mengambil makanan di DEKET foodfezt. Karena
biusan sepoi angin, kata DEKET yang gede banget sampe tak terbaca, maka dengan
sangat percaya diri, saya masuk foodfezt dan nanya ke mba2 recepsionis, mba,
mau ambil bla bla bla. Lah, mbaknya bingung. Duh. Salah masuk kayaknya. Saya japri
konco-konco, dan diketawai rame2. Deket londri woi, deket futfest, bukan
difudfestnya. Ini memang orang-orang yang tak tahu balas budi, orang patah hati
dikerjai sambil ketawa tiwi. Well, saya masih dengan setia menjalankan mandat
dengan senang hati, mengkooordinir satu dua orang yang siap membantu, dan
menata agar logistik sampai dengan selamat ke lokasi.
Sampai di lokasi kejadian perkara yang dituju, disambutlah
dengan senyum suka cita, dan ternyata tidak ada air minum tersedia! Masya Alloh...
ini acara random serandom randomnya. But well, kerjaan yang harus ditampilkan
terselesaikan sempurna... tapi.. yang presentasi kurang bijak dan kurang
teliti sampai kelupaan beberapa hal penting yang semestinya dicermati dan
disampaikan dengan seksama di muka hadirin semua. Astaghfirulloh...
Pada akhirnya bertemu tim ini adanya hanya mengelus dada
beristighfar panjang tak kesudahan. Hingga sampai pada kesimpulan, bahwa kita
memang bertemu untuk saling belajar bersama, dan dalam belajar ini, kita banyak
menemukan kesalahan, tapi disanalah kita bisa banyak mengambil pelajaran. Taruhannya
tambahan pikiran, tenaga, juga hati yang dilapangkan seluas-luasnya. Ah ya,
sudah sama-sama tua, jadi nikmati saja kerja kita dengan suka cita \\0//
0:31
Postingan ceria di hari perdana bulan Juni
Semoga sebulan ini postingannya akan berbau bau ceria begini.
Hidup bahagia. Aman sentosa.
Comments
Post a Comment