DUNIA KEJUJURAN, YANG SEMAKIN TAK MUDAH DIJALANI



Rabu, 6 Maret 2012
Aksi aksi tolak korupsi, sampai kadang bosan mendengar dan mengikuti, terus disuarakan oleh orang orang berhati nurani bersih dan optimis.
Ajakan untuk “jangan nyontek”, “Alloh selalu mengawasi” dan sebagainya dan sebagainya, sering terdengar sampai nada nyaris menjadi fals dan sumbang.
Dan banyak keoptimisan keoptimisan yang terus terjerit lirih tertelan deru kekotoran zaman yang kian tak perawan.
Ya. Kejujuran, semakin tak mudah untuk dijalani.
Hari ini, sore ini, di masjid Nurul Islam Jakal km 5an saya tertahan untuk segera pulang, agak gerimis, sebenaranya bisa diterobos juga sih, tapi Wifi gratisan di Nurul Islam terlalu sayang untuk dilewatkan #nah lho. Baru saja pulang dari kampus, ada satu hal yang kian mengganjal, yang saya belum bisa memecahkan akar permasalahannya bahkan.
Tentang kejujuran.
Secara teori, mungkin itu teramat mudah. Secara dalil dalil ‘aqli dan naqli, hafallah mungkin kita beberapa, atau minimal pernah dengar entah dari buku, artikel atau yang lainnya. Ya. Secara teori ia teramat mudah.
Tapi  jujur yang teraplikasikan? Berat saya menuliskan, bahkan saya pribadi tiba tiba malu, akan kebohongan kebohongan, atas dusta dusta, atau korupsi korupsi yang sering saya lakukan. Ya. Aplikasinya, ia teramat sukar.
Dalam realitas kampus harian, dosen dosen yang pendidik anak bangsa, kadang datang dan pergi tak sesuai jadwal, tapi apakah gajinya juga datang dan pergi? Allohu a’lam. Saya kurang tahu.
Dalam pemenuhan hak hak warga kampus, apakah rektorat dan dekanat transparan kemana saja larinya dana BOP dan SPMA? Jujur yang begitu berharga mahal.
Dalam menjalankan amanah sebagai mahasiswa, apakah benar ia jalankan amanat orangtua dan pajak rakyat yang ia gunakan untuk satu investasi kemajuan bangsa ke depan? Jujur, ah, bagiku ia tanda tanya pada pertanyaan yang barusan kutanyakan.
Dalam kebijakan kebijakan satu satu yang tertelorkan, dalam palu palu yang diketokkan, dalam SK SK yang minta ditanda tangankan, dalam proposal proposal yang diajukan, uang uang transport para karyawan, biaya lelah dan proyek proyek yang diterima? Masihkah ia bertendensi pada keadilan dengan landasan kejujuran ?
Tentang kejujuran.
Bahkan rumput rumput pun malu menyanyikan ritme kesaksiannya. Mereka malu. Karena saking tiap harinya mereka melihat  dan menatap lekat.
Kupu kupu, tersingkir ia menyelamatkan diri sebelum terkontaminasi janji janji parau yang palsu.
Dia memang mahal. Jujur yang mahal. Maka dalam satu buku pernah sepintas saya baca judul, “Kejujuran adalah Mata Uang Dunia Akhirat”. Maka ia memang mahal, karena ialah pembeli bagi dunia dan akhirat yang sebenar benar mampu melakoninya. Dan lakon itu, tak terikat ia pada kelompok manapun. Tak koalisi dengan partai manapun. Tak mengaku aku ada dalam jamaah maupun sempalan manapun. Karena ia adalah satuan jiwa jiwa pribadi yang terbeli dengan janji Syurga. Sekali lagi, ia satuan jiwa jiwa yang mengalirkan keoptimisan di tengah tengah tubuh umat. Ya, sekali lagi, ia memang seperti itu. Pelaku kejujuran tak terikat kelompok dan sempalan, tapi ia adalah jiwa pribadi yang bertumbuh. Komitmen diri yang teguh. Obsesinya melangit mengangkasa.
Dan jujur jujur yang dibawa satu satu jiwa berkumpul, berkumpul, untuk membangun kejujuran kolektif, yang kadang tak harus berbaju sama. Baju itu sarana, alat dan kendaraan, sebagai pemermudah pengenal. Tapi jiwanya tetap bergantung masing masing jiwa yang satu. Maka ketika meneguhkan tekad untuk menjadi bersama, tampaklah ia betapa susahnya, betapa semakin tak mudahnya untuk jujur dengan keadaan dan tekat untuk membangun sistem dan tatanan yang jujur. Semakin besar kekolektifan yang dibawa, semakin luas kawasan yang tersambang, semakin susah juga ia karena akan banyak jiwa jiwa dengan kapasitas jujur dan jiwa yang teguh yang semakin berbeda beda juga.
Ya.
Dunia kejujuran yang semakin tak mudah dijalani, kecuali ada satu bongkah tekad kuat yang memang akan terus diuji, dan ia akan tetap tahan banting akannya.
Bilakah aku bisa menjadi satu diantaranya? Kalau bukan pertolonganNya, sepertinya ini pertanyaan yang aku pun tak mudah menjawabnya.

#di antara harap dan asa, yang terus dibumbungkan karena yakin pertolonganNya.

Comments

Popular posts from this blog

Bunga Bunga Kamboja : Semua akan Berakhir pada Akhirnya

Memilih, Mengharuskan, dan Memilih Keharusan

HARI INI TUJUH TAHUN YANG LALU