Warna KKN
“apa sih istimewanya
Pak Barjo?” begitu kurang lebih pertanyaan Gurit sekian jam sebelum
keberangkatan.
sebuah pertanyaan yang tak butuh jawaban.
Tapi walhasil, Kamis malam persis jam 8 anak se-sub unit
siap berangkat. Walau ternyata terpaksa mundur karna kultum tarawih belum
selesai, dan kemudian balik kanan kembali
menanti di halaman rumah pak As sampai sekitaran 20 menit sambil makan
Kitkat yang dibagi-bagi sama Agil.
Rombongan ibu-ibu (dan bapak-bapak) tampak mulai pulang dari
masjid, dan berangkatlah anak serumah k etempat tujuan, Rumah Pak Barjo. Seorang bapak yang baik, suka ngemong rismas Husen (ini nama remaja masjid dusun Senik), yang juga sekretaris takmir al Husna sekaligus sekretaris kelompok perikanan dan peternakan "Sami Laras".
Bu Barjo yang ramah dan murah senyum memasukkan kami segera
ke rumahnya yang kamar tamunya luas memanjang. Selang sekian menit Pak Barjo
datang, berucap salam, dan meminta semua anaknya (dan putri-putri semua ternyata)
keluar, duduk bersama.
Percakapan dimulai, tanya jawab dibuka. Sahut menyahut,
sembari diiring tertawa di sela-selanya.
Di penghujung kunjungan,
“hanya pesan saya, setiap apa yang akan kita lakukan, bisa
dipastikan akan menimbulkan pro dan kontra. Itu hal biasa. Kalo terlalu banyak
memikirkan ucapan orang, ya ujung-ujungnya ngk akan jadi melangkah. Hidup di
masyarakat itu memang begitu. Tetapi jalanilah.”
Kemudian pulang. Dengan obrolan khas di sepanjang
perjalanan.
Sampai di depan pondokan, sekian waktu terhenti. Saya memilih
bicara banyak dengan Gurit, walau jatuhnya akan mendiskusikan hal-hal filosofis
yang mungkin bagi banyak orang serasa ngk penting.
“intinya saya akan berhubungan terus sama Pak As. Ya pokoknya
Pak As. Saya mengakui hubungan antara personal dengan personal, tapi tidak
untuk personal dengan kelompok, atau kunjungan dengan peng-atas namaan
sekelompok orang, entah komunitas atau entah di sebut apa.”
“intinya sampai hari ini saya masih mencari”
“kalau toh harus berhadapan dengan masyarakat atau yang
selainnya, saya bisa akting,”
“ya sudahlah mbak, kita tu sekarang berfikir saja apa yang
di hadapan, yang penting-penting, kalo untuk soal yang kayak barusan, itu berat”
Keesokan harinya,
“Mana KRS-ku?”
Kemudian sese ngeliat, “Weew,Kuliah Falsafah ilmu pengetahuan?”
Gurit: “Ya. Itulah intisari kuliah di semester kemarin.”
Taulah gimana menyenangkannya KKN saya : filsafat, makna
hidup dan kerja-kerja pikiran.
Selamat menunaikan ibadah Puasa dan ibadah Pengabdian bagi
yang menunaikan ;’)
Comments
Post a Comment