(Ramadhan 1433 H) Mendekatlah Kepada Qur’an.Dekat.Sangat .= (Semacam) Sebuah Visi
“…bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)… “(Al
Baqoroh,2 : 185)
Hari ini sudah mulai puasa ya? Tadi
pagi makan sahur sama apa? Kalo anak anak asrama saya kelompok satu, rame rame
kita makan nasi sayur pepaya lauk tempe, sehat kan?? Beberapa yang lain nambah
doping susu madu malah. Alhamdulillah ya, Nikmat Alloh emang kagak ada yang
bisa didusta :D, maka bersyukurlah, agar nikmat yang diberi bertambah tambah. :D
Saya merindukan
masa masa SD, saat gempita ramadhan begitu asik dengan bejibun fasilitas untuk
main main, makan makan enak yang gak biasa ada kecuali pada bulan Ramadhan, dan
rame tumpah ruahnya manusia berkumpul dimasjid bersebelas atau berdua puluh
tiga raka’at memenuhi shaf shaf bertarawih witir berlanjut tadarusan. Eh, tapi
sekarang juga tetep asik nding, Cuma memang semakin kita dewasa dimensi asiknya
terus diubah dan direvisi, lebih tepatnya diupgrade kali ya, gempita ‘main main’nya
didimensikan lebih arif, main main dengan memikirkan hikmah hikmah sebulan
puasa, makan makan enak dikonversikan menjadi berbagi dan memberi makan orang
orang yang berbuka, dan rame ramenya diartikan ulang sebagai menikmati
keroncongannya perut dan merefleksikan problematika problematika umat dan
bangsa yang tak butuh tuntutan tuntutan lagi, tapi menghendaki solusi riil
yang terejawantahkan dalam inovasi
inovasi dan terobosan baru yang kita lahirkan dari buah segala cerminan ilmu
yang sedikit banyak kita tuntut sejauh ini. Asiknya tetep kan? Dimensinya aja
yang tinggal sedikit kita dewasakan.
Asik lebih
lebih akhirnya ketika ramainya Ramadhan bervisi. Yups. Agar tamu agung ini gak
datang menghampiri, tapi kita cuek, dijalani ya asal jalan, eh tau tau pergi
pamitan beliau, dan kita tinggal meringis penuh sesal. Jangan sampai lah ya. Ramadhan
Bervisi, ibarat mempersilahkan tamu agung sang Ramadhan memasuki ruang tamu
lapang rumah kita, mempersilahkannya, memuliakannya, dan tamu yang datang tak
ayal dan pasti akan menhadirkan berlipat berkah bagi kita sang tuan rumah. Ketika
beliau pergi, terantar ia ke depan rumah, dengan berat hati kita melambai, dan
berharap segera bertamu ke rumah lagi. Ramadhan bervisi, berkah, menghadiran kebaikan
yang bertambah tambah di lapangnya hati ruang tamu rumah kita mempersilahkannya
masuk.
Maka ayo
kita bervisi di Ramadhan ini. :D
“Mendekatlah
pada Qur’an (Fathim!”). Dekat. Sangat.” Saya dengung dengungkan terus di tengah
tengah banyaknya keinginan keinganan hawa’ yang mau seperti ini seperti itu. Maka saya tulislah tulisan ini. Agar hati kuat
bertekad, azam pepat membulat, dan orang orang membaca menjadi saksi,
mengingatkan ketika saya mulai mbalelo, menegur menampar saya ketika saya
kaburo maktan. Meski yang utama, tetap tekad dihati yang terus direfresh niat
niatnya setiap hari. Ya. Visi saya di Ramadhan ini satu, “Mendekatlah pada Qur’an
(Fathim!”). Dekat. Sangat.”.
Tak perlulah
saya tuliskan latar belakang kenapa visi itu. Lhah ngapain? Jelaslah ya, Al Qur’an
dasar hukum agama kita, dialah sumber dari segala sumber hukum, disanalah semua
jelas ada. Maka standar bukan ketika visi-nya itu? Tak sederhana itu saja
ternyata. Tak sederhana. Tak sederhana jumlah target bacaan yang dikhatamkan
meskipun itu tetep parameter yang tak bisa terkesampaingkan. Tak sederhana.
Saya hanya
ngerasa terjauh dari alQur’an.
Ya. Saya hanya merasa terjauh dari
Al Qur’an. Meski secara jarak ya dekat, disini saya duduk, disamping saya rak
buku diatasnya mushaf saya letakkan. Nanti saya pergi ke kampus, Insha Alloh
mushaf pun masuk ransel, menempel terus dipunggung sepanjang hari ketika ransel
disandang. Dekat bukan? Tapi ternyata
permasalahan jauh dekat tak sebatas pada besaran satuan yang terukur lewat
hitung hitungan fisika matematika. Atau skala geografis dalam penggambaran
peta. Tak sebatas itu.
Jauh dekat
adalah komprehensif. Jarak, skala, hati, kesungguhan, niat, amal amal nyata,
kebaikan kebaikan, prasangka prasangka ternyata semua adalah menjadi alat ukur.
Maka sungguh ingin saya memupus terjauhnya dari Alqur’an, dengan banyak alat
alat ukur yang kudu dipakai.
Maka,Jadilah
visi ini.
Tolong
persaksikan, Do’akan. Dan tolonglah ingatkan ketika ini hanya bualan..
And He left behind not in mushaf, not in books,
But He Left it behind….
ENGRAVED
In the hearts of shahabah radliyallohu ‘anhum…” :’)
Comments
Post a Comment