NIKMAT AQIDAH



assalamu’alaykum....
teman”....
mohon do’anya buat Aurel (teman saya yang muallaf, atmajaya 2011)...
sekarang beliau lagi di Tangerang...sdh menyampaikn ke orgtua ttg keislamanx..
kemarin beliau dipukuli dan mau dibawa ke pastur...
mohon do’ax.. semoga beliau sabar dan kuat..dan semoga bisa segera mengusahakn bantuan langsung untuk beliau.. sebelum ada hal” yang tidak diinginkan....
from : Asma Dini
31/12/2012  08:43

Sepenggal sms di jelang Dhuha.

Nikmat aqidah, entah ini kau letakkan pada urutan keberapa dalam list atau daftar nikmatNya atasmu. Terlahir dari keluarga muslim, hidup dalam lingkungan yang mendukung keislaman, tertemukan dengan orang orang yang menjaga dan mengarahkan pada koridor keislaman selalu, sambai bahkan dewasa ini, ikut dalam batalyon batalyon yang melihat langsung ketidakislaman terletak pada pasukan yang berseberangan. Nikmat atas senikmat nikmatnya kenikmatan. 

Tapi hal yang terbesar inilah kenapa sering terlupa. Kadang tertutup oleh banyak hal yang sesungguhnya remeh, atau hal kecil yang begitu sering dibesar besarkan.

Nikmat aqidah saudaraku,
Nikmat yang menjadikan Bilal tetap tersenyum sipu dipanggang mentari padang pasir, karena baginya panggangan panas itu hanya serupa seberkas percik nyala api korek, karena bandingan di mata Sang Bilal adalah api berkobar dari kerak neraka Jahannam.

Nikmat Aqidah saudaraku,
Nikmat yang menjadikan diri selalu teguh. Karena yang kita alami sehari hari bahkan belum sampai pada tataran ujian aqidah secara nyata.

Sms menjelang Dhuha yang dikirim teman samping kamar di Asrama. Tiba tiba melemparkan pada satu jurang perenungan. Saya teringat sepenggal kisah menjelang pemira, saat membantu beberapa kawan merumuskan sesiapa yang akan menjadi pemimpin suatu lembaga. Nyaris, dan benar benar nyaris terpeleset, mana alat dan mana tujuan.

Nikmat aqidah. Dari sinilah kita berangkat. Juga dari sinilah kita memperbaiki niat.

Begitu banyak aurel aurel yang butuh sentuhan dakwah, begitu banyak aurel dan orangtua aurel yang lain yang perlu kita pahamkan dengan kekuatan izzah aqidah kita. Begitu banyak. Dan sudah saatnya kita berhenti dari sibuk mengurus diri sendiri, sibuk menonjolkan ego diri, sibuk memamerkan metode terbaik, sibuk dengan ketaksabaran menghadapi teman bicara, dan sibuk dengan bantah bantahan yang nirmakna.

Kemampuan mengukur diri, kemauan memantaskan diri, kesabaran berproses, kemauan berkorban, inilah rupa rupa dari kerja aqidah. Maka pada segala segmen, dari aqidah ini kita berangkat. Inilah barangkali yang menjadikan kelelahan sesama pasukan perang dari dua kubu bernilai tak sama. Ini pula yang menjadikan penjahat dan pejuang, meski sama sama lelah, sama sama mengasah otak bersiyasah, nilainya menjadi berbeda. Aqidah pula yang sanggup membedakan, mana yang penumpang gelap di gerbong kebaikan, dan yang benar benar sungguh sungguh berjuang atasnya.
                                                                                                                                                          
Nikmat aqidah
Ini  yang menjadikan sekian wawasan keislaman tetap menjadikannya tsabat dan teguh. Karna jangan kau kira yang berbusa busa mengusung bahwa kebenaran semua agama itu orang yang bodoh. Tidak. Mereka cerdas! Perpustakaan tempat mereka belajar bahkan tak kurang dari gabungan perpus Al Azhar dan Umum Quro’. Aqidah kawan, yang menjadikan wawasan keislaman memunculkan ketundukan, bukan buah kesombongan menafsirkan ayatNya secara macam macam.

Nikmat Aqidah, dari sini kita berangkat, dan dari sini kita menepi menghirup sari kekuatan lagi.

Menjejakkan kaki, mana yang alat mana yang substansi. Mana kebenaran dan mana yang hanya ego diri.

Nikmat aqidah, dari sini mari kita mengukur diri. dari mana kita mulai bekerja, dari mana kita menuju tempat kembali.



Comments

Popular posts from this blog

Bunga Bunga Kamboja : Semua akan Berakhir pada Akhirnya

Memilih, Mengharuskan, dan Memilih Keharusan

HARI INI TUJUH TAHUN YANG LALU