S.E.D.I.H untuk Hal ini Begitu Boleh Bukan?
Membuka
home facebook. Dan mata mendadak bersirobok dengan akun seorang teman, teman
sekelas jaman SMA, bukan, bukan SMA, saya ngk pernah masuk SMA, adanya adalah
aliyah. Ya. akun seorang teman jaman Aliyah dulu, tengah meng-update profpict
baru, tak seorang dia, tapi sang dia teman saya berdua dengan orang laki laki,
saya sih khusnudzon dia suaminya. Selesai bukan? Trus yang bikin saya sedih
yang mana nih? Yang karna saya belum bersuami laiknya dia? Ah, ada ada saja.
Sedih juga untuk hal itu mungkin ada sedikit, tapi toh emang belum juga memulai
perencanaan kesana, ngapain saya tulis, ya kan?
Tetapi saya sedih, karena jilbabnya yang dulu lebar berkibar kibar entah sekarang terbang kemana. Dulu panjaaang, dan tentu saja karena syari’at bilang begitu, bukan sekadar karena sekolah saya yang notabene aliyah mewajibkannya. Sama sekali bukan, karena saya tahu betul teman saya adalah yang bergerak atas dasar kepahaman.
Betul.
Dan
lagi tadi pagi, dalam lingkaran sedikit terucap dari salah seorang teman saya,
“Iya sih berhenti nglingkar, tapi bukankah yang namanya jilbaban itu, nglingkar
ngk nglingkar ia tetap wajib bukan?”. Seorang lagi menimpal, “yup, bukan pada
persoalan panjangnya juga, tapi batasannya tetap pake syari’at. Memendek ngk
masalah asal tetap menutup dada, ngk nrawang dst dst.”
See.
Dalam hal seperti ini, saya sedih boleh kan?
Istiqomah,
teman! adalah nikmat kasatmata yang harus selalu diupayakan, dan ketika
dikaruniakan, jangan pernah berhenti tuk disyukuri. Yang kedua adalah nikmat
untuk terus memahami, dan memupuk terus kepahaman. Istiqomah dengan kepahaman
yang bertumpuk tumpuk, adalah karunia yang melimpah, dan kudu terus terupaya.
Sempat
saya komen dibawah update-an teman, saya katakan disitu jelas, “jilbab
berkibarnya mana nih? Padahal cantik-an gitu lho dulu...” dan semacam not
responding, tak direspon. Dan boleh kan ya saya smakin sedih untuk teguran
begitu yang tak terespon?
Nah
teman, ternyata PR masih begitu bejibun. Lirik kiri kanan, teman sekampus juga
tak berjilbab banyak. Nengok kost-an adik, belum istiqomah dia tiap saat kemana
mana jilbab-an, nengok teman teman sesama alumni, sesama dulu ngubrek ubrek
acara OSIS, teman teman SMP, teman teman kuliah sekelas, adik adik angkatan,
belum kalau lihat sekian kaum hawa di bumi pertiwi? Mereka muslimah lho TT.
Saya
sedih bolehkan?
Maka
dalam musim musim hujan akhir tahun ini, sedikit berefleksi, bahwa sesungguhnya
tugas kita sebagai orang yang tahu adalah memberi tahu yang belum tahu. Tugas
kita yang lebih dulu mengerti adalah memberi tahu yang belum mengerti. Pelan
pelan, tapi pasti. Bukankah itu wujud syukur atas nikmat yang tak henti Sang
Dia beri?
Karangmalang
5 desember 2012 : 4.16
Comments
Post a Comment