If Only They Could Talk-sebuah sahaja seorang Herriot
“Ya, itu hanya gambaran saja. Binatang adalah makhluk yang
tak bisa ditebak. Demikian pula seluruh hidup kita ini. Hidup kita merupakan
sebuah kisah yang panjang, kisah tentang kemenangan-kemenangan kecil dan
tentang bencana yang menimpa kita. Supaya kita bisa bertahan, kita harus
betul-betul menyukainya.” (nasehat Farnon kepada Herriot)
Membaca buku ini, selalu dan selalu, akan mengangguk-angguk.
Bahwa struktur berpikir yang telah kita asah mampu menjadikan kita arif melihat
pelajaran dari setiap hal-hal yang sangat kecil yang terjadi di keseharian.
Sebuah profesionalitas berbalut “khadimatul umat”, semangat
yang melekat, serupa dengan nilai yang dibangun dalam buku lawas “Bukan Republik
Mimpi”.
Coba perhatikan larikan pada paragraf teratas. Ada ungkapan
yang kini lekat diucap para pemimpin dan politisi-politisi. Bahwa hidup, dan
hidupnya pribadi apatah bangsa, adalah berisi kemenangan-kemenangan kecil, juga
bencana-bencana yang tak begitu saja lewat dalam sepanjang hidup anak manusia.
Supaya kita bertahan, kita harus benar-benar mencintainya. Lihatlah.
Karna cinta adalah kesebangunan, yang menciptakan pertahanan, dalam segala hal.
Kita harus betul-betul mencintainya. Pun belum, kita harus betul-betul
mengupayakannya.
Itu, diantara sedikit hikmah dari sebuah buku lepas.
Entah Andrea Hirata yang memiliki tafsir demikian hiperbolis
atas sebuah desa kecil bernama Darrowby, atau saya yang belum juga meresapinya
secara “jeru” (mendalam), deretan kata-kata dan paragraf yang James Herriot
tuangkan belum mampu membuat sebuah bayang desa asri dengan deretan tangga dan
kiri kanan desa teralir sungai-sungai, dengan gapura desa seumpama kawanan ayam
jantan, dan deretan pohon-pohon willow sebagaimana Andrea mendeskripsikan
secara cantik gambaran yang kemudian mampu menyeretnya pada pusaran A Ling dan
mendamparkannya pada Edensor. Saya belum juga mampu membayangkan semuanya.
Tapi..tapi..Ah, buku ini bahkan mengajak saya melihat bahwa ada hal kecil dalam
setiap laku hidup, yang demikian berharga nilai dan resapan pelajarannya, hanya
karna satu makna : keseriusan dan kekonsisten-an sikap.
Mari belajar dari persil kecil buku setebal 308 ini, “If
Only They Could Talk”-James Herriot, Gramedia Pustaka Utama-cet2-2012.
Tentang arti sebuah “siap”.
“James,” kata Siegfried dengan suara lembut. “dalam pekerjaan
kita ada pedoman yang mendasar yang melebihi segala tugas yang lain, yaitu KAU
HARUS SELALU SIAP. Kata-kata ini harus kau pahat dalam jiwamu, dengan
huruf-huruf dari api.”KAU HARUS SELALU SIAP! Camkan kata-kata itu James! Itu
dasar dari segala-galanya. Bagaimanapun keadaannya, entah cuaca baik atau
buruk, siang atau malam, ketika pelanggan memanggil, kau mesti berangkat. Dan berangkatlah
dengan Gembira! Tadi kau bilang kasus ini tidak mendesak, padahal kau hanya
diberitahu oleh pemiliknya, dan orang itu tak punya wewenang untuk memutuskan
apakah kasus itu mendesak atau tidak. Tidak, James, kau harus berangkat!
Meskipun mereka telah mengobatinya sendiri, hal itu mungkin malah berakibat
buruk. Dan jangan lupa, ternak itu bisa mati. ” (Nasehat Farnon kepada Herriot-hal
91)
Tentang arti sebuah “paham”,
Setelah lepas dari kerumunan orang-orang, aku mulai berjalan
cepat-cepat, pekikan terakhir masih terdengar sayup-sayup, “Jangan coba-coba
ikut campur dalam urusan yang tidak kau pahami!” (nasehat Tukang Arang kepada
Herriot muda-hal 175)
Tentang arti sebuah “nostalgia” di kala waktu,
Ketika angin lembut menghembuskan aroma dari Dales, harum
rumput yang bermil-mil jauhnya, dan bunga-bunga yang seperti malu-malu di
padang-padang. Keharuman itu pula yang tercium olehku ketika aku turun di
Darrowby setahun yang lalu. Dan kusadari selama ini aku telah bekerja keras;
masa pertama yang ajaib itu telah kulalui” (Kata-kata Herriot-hal 307)
Tentang “lakukan saja seperti dirimu adanya”,
“Ada orang-orang disana yang menganggapku sebagai dokter
hewan yang cukup baik, ada beberapa yang menganggapku bebal yang baik hati, ada
pula yang yakin aku adalah dokter hewan yang luar biasa, bahkan ada juga orang
yang akan melepaskan anjingnya mengejarku bila aku berani menginjakkan kaki ke
dalam batas pagarnya.” (kata-kata Herriot, hal 308)
Ya. Kesederhanaan, kesahajaan, ialah yang membuatnya dicinta
di seluruh penjuru dunia.
Di sini, dibuku ini, Herriot mengajak kita mensinergikan
kekuatan konteks dan kekuatan bahasa tutur, yang ia tulis dengan polos dan apa
adanya. Ia ajarkan sebuah perubahan sosial dari basis lokus-lokus kecil di
masyarakat. Juga ia ajarkan nilai bijak dan dialog-dialog hangat berjiwa besar,
blusukan, mungkin begitu konteks yang trend di era sekarang.
Lihatlah, bagaimana ia siap ketika bahkan tengah malam
seorang petani miskin mendatanginya atas ternak yang tertimpa luka, atau
kemauannya jalan bermil-mil mendatangi kuda yang perutnya tak lagi bisa
diselamatkan dan pengobatan yang diiringi umpatan-umpatan yang sinis
orang-orang yang sok tahu ilmu penyakit hewan yang matanya tajam mengawasinya.
Ya.
Kesemua itu, pelajaran sederhana itu, membekas kuat karna ia
mengajarinya dengan laku-laku yang ia jalani sesungguhnya.
14 Juni 2013
22:41
Comments
Post a Comment