#untitled

Akhir-akhir ini yang menggelayuti pikiran adalah tentang sisa umur. Aku mencoba menghitung mundur hari-hari yang masih bisa diterawang.

Penghujung Desember tinggal 55 hari lagi, artinya 55 hari lagi pergantian tahun versi bulan syamsiyah. Dan hari ini sudah tanggal kedua di tahun 1435 H, versi bulan Qomariyah, dan usiaku juga sebentar lagi akan menjejerkan dua angka yang sama.

Job-job yang diberikan orang atasku, bisa diawang-awang kapan akan selesai. Meninggalkan kesudahan yang terus terang masih gamang aku bayangkan. Kepercayaan orang tua, kakak, adik dan saudara-saudara berikan padaku juga belum sempurna aku purnakan. Masa mukim di asrama yang aku terawang akan selesai di Juni tahun depan juga belum membuatku berhasil menambah nafas panjang hafalan dan juga kapasitas kematangan beragama. Bahkan hal yang sesimpel belajar tahsin agar mumpuni jadi seorang pengajar yang metodologis juga belum aku kantongi. Cerita-cerita ustad Ahmad Dahlan dan Ustad Talqis tentang Timur Tengah dan peradaban yang ada disana juga belum menyeretku untuk semakin menambah ghirah agar satu waktu dalam dekade ini aku harus menjejakkan tempat disana.

Benar. Waktuku tak lama lagi.

Job-job urusan orang banyak, yang membawaku berpartner kerja dengan orang yang lurus dan tanpa neko-neko, akhir-akhir ini menamparku dengan keras, atas banyaknya aktivitas yang seringnya aku jalani dengan main-main dan tak serius.

Ah iya, pertanyaan kemarin pagi :”Puncak prestasi apa yang sudah kalian ukir?”

Prestasi pribadi, prestasi sosial, prestasi yang bisa diwariskan?

Ah iya. waktu itu tinggal sebentar. Bahkan kabar-kabar di dunia maya berkelebat, bahwa hari ini KPRM, Banwasra dan semisalnya akan dilantik dan segera efektif kerja menyongsong akhir tahun – yang dimataku masih terasa mendung dan gambling, jauh beda dengan masa-masa dimana aku iya-iya saja dengan keputusan orang-orang yang membuat keputusan. Hari ini mau ngk mau, suka ngk suka, ikut juga urun rembug memikirkan, menganalisa soalan-soalan.

Benar. Waktuku tak lama lagi.

55 hari lagi 2013 itu sudah usai.

6-7 bulan lagi Asma Amanina yang memberikan segudang ilmu dan menyimpan ruang-ruang renungan harus segera ditinggalkan.

Fakultas Geografi pun sama, dalam jenak-jenak yang sudah kulewati lebih dari 4 tahun 4 bulan ini, mulai jarang lagi aku sambangi.

Kemudian mata menerawang, tentang proyek usaha Bumil yang masih berkutat pada wacana, tentang komunitas bumi yang aku merasa pincang seolah jalan sendiri, tentang karir masa depan yang orang tua begitu berharap aku menjalani sebagaimana orang-orang pada umumnya. Juga segala tentang yang masih abu-abu.

Ah Ustad Sholihun, gegara kajian pagi tadi, aku merasa mau mati sebentar lagi. Atau bahkan selama ini sesungguhnya aku sudah mati?

Aku hidup, saat lalai mengingat Alloh bukannya sama dengan aku mati?

Aku hidup, tapi tak ada produktivitas yang kelakukan, bukankah saat itu sebenarnya aku mati?

Aku hidup, tapi pasif memberika ide-ide segar di penghujung-penghujung tahun yang serasa gamang ini bukankah sejatinya aku sebenar-benar mati?

Ah ya. waktu itu sebentar lagi.

06112013


Comments

Popular posts from this blog

Bunga Bunga Kamboja : Semua akan Berakhir pada Akhirnya

Memilih, Mengharuskan, dan Memilih Keharusan

HARI INI TUJUH TAHUN YANG LALU