#untitled

Penghujung hari yang terasa kebas. Tentang kematian, memang selalu membawa nuansa yang sama, tak peduli sesiapapun yang tertimpa musibah itu.

Bagaimana sebuah rencana menjadi berubah agenda dalam hitungan jam bahkan tak berbilang sekian-sekian jam.

Hari Ahad minggu lalu, 3 Nopember, Pak Samuri bapak pondokan KKN Ruslan, pulang haji. Kemudian diagendakanlah beberapa dari anak KKN berencana ke sana nengok beliau. Sedianya Sabtu kemarin, tanggal 9 habis Dhuhur kesana, tapi karna yang bisa hanya saya, Ruslan dan Mas Sadli maka rencana batal. Atas berkat usaha dan kerja keras nurfit mendesain jadwal bersama, akhirnya selasa hari ini jam 10 pagi rencana kunjungan fix dibuat, dan (90%) siap dijalankan. Meskipun Ruslan labil pengkabaran ke kita-kita, tapi firasat mengatakan kita bakal kesana. Dengan ataupun tanpa koordinasi pak bos Ruslan Abdul Ghani. Jam 7 kurang kira-kira, kunjungan jam 10 ke tempat pak Sam yang bertema silaturahim “tilik kaji” berubah orientasi ketika sms Ruslan mampir di hp

“Aslmkm. Berita lelayu. Innnalillahi, sampun sedo Bapak Samuri, Insy akan dimakamkan jam 2. Yg mau bareng kesana ketemu di mardliyah jam 10.30”

Spontan saya berucap innalillah.

Ya begitulah, ada 1000 jalan kematian itu sampai pada setiap makhluk ketika sudah tiba masanya.

Siang mendung yang absurd, membawa rombongan berlima berjumpa di masjid Ijo al Ikhwan yang menyimpan nostalgia. Raut wajah pelayat dimana-mana sama. Suasana yang terbangun pun juga, tak pernah berbeda saat namanya berkabung sedang melingkupi. Ah iya, saya bisa-bisanya masih tertawa dan mengumbar lelucon di tempat yang tidak semestinya.

Selalu ada jalan mbak, begitu kata Bu As ketika kami berlima –Ruslan, Mas Sadli, Rieska, Nurfit dan saya- menyengaja mampir ke pondokan Senik untuk menyempatkan silaturahim.

Di saat-saat seperti ini, perasaan kebas selalu terbawa-bawa sampai sudah berpindah suasana, meskipun coba dilawan dengan ungkapan-ungkapan lucu yang coba dilontarkan, senandung lagu-lagu yang ngk jelas coba dinyanyikan pelan-pelan, atau hijaunya pepadian sepanjang perjalanan coba di pandangi agar menyejukkan pandang, masih tetap, bulir air mata tanpa sadar keluar.

Oleh kenangan, atas nyaris 10 tahun hidup bersama orang yang kini meninggal yang telah mewariskan ketahanan mental dan kekuatan menjalani hari-hari, yang beliau jalani dengan perkasa sampai usia menua.

Oleh kesadaran, usia kian hari-kian bertambah, dan 1000 jalan kematian sudah ambil ancang-ancang mendekati dan tanpa permisi dan pertanda akan menarik ke jalan akhir bermuara kubur.

Oleh kelalaian, banyaknya janji-janji dan hutang-hutang yang masih bejibun belum terlunasi.

Dan oleh banyak hal lain yang masih terbayang maju mundur kian kemari.

Ada yang tersisa dalam kebas, ada yang tertahan tangis saat datangnya gerimis, ada yang tersendat di tengah-tengah manata ulang niat-niat.

Ah iya, perubahan kondisi, perubahan status, perubahan jalan hidup dan nasib, terlalu sering hanya dalam kurun waktu sekian jam, sekian menit, sekian detik bahkan pada waktu waktu yang tanpa sadar berlalu begitu saja.


12112013 
19.45
Ada hati yang masih tersisa di sana
Tertinggal sejenak
Menyisa kesadaran
Ada juga yang harus terbawa lari dan hilang
Meskipun terbawa cepat laju kendaraan
Ada yang minta di sana
Maka jangan salahkan jika hanya kebas tersisa


Comments

Popular posts from this blog

Bunga Bunga Kamboja : Semua akan Berakhir pada Akhirnya

Memilih, Mengharuskan, dan Memilih Keharusan

HARI INI TUJUH TAHUN YANG LALU