Hiruk Pikuk Hari Berbangkit
Iya. Hari ini sangat-sangat hiruk dan pikuk, ramai dan
bising. Tapi ini memang hari yang penuh nuansa kebangkitan, tadi di siang hari,
sebagaimana periode wisuda sebelum-sebelumnya, hanya sempat sejenak mlipir
ngeliatin yang pada keluar dari GSP, mampir ke fakultas dan nyelametin satu dua
tiga teman-teman fakultas dan jurusan yang telah mendahului pergi. Bahagia,
pasti. Foto-foto wisuda pun akan terus menjadi warna sampai dua tiga minggu ke
depan. Dan memang harus begitu.
Dari mulai teman selingkaran ngaji yang satu
persatu telah menjauh pergi, menyeberang laut, mengangkasa pulau, yang sudah
bersuamikan orang, yang sibuk dengan bau-bau obat-obatan, kenyataan mereka
telah lulus dan tentu memasuki ruang perjuangan yang baru dengan tantangan baru
dengan pelajaran baru dan tentu saja dengan kebangkitan baru.
Teman-teman
jurusan yang sampai sekarang masih ‘setia’ bertanya lewat sms dan WA gimana
perkembangan penelitian saya, mengajukan bantuan, dan masih terus setia diajak
berdiskusi, pun juga satu demi satu telah melanjutkan kebangkitan baru mereka. Di
ranah kerja, di jenjang pendidikan selanjutnya, atau malang melintang di dunia
usaha.
Teman yang sesama merawat (apa yang kusebut ia dakwah) juga satu-satu
beranjak ke kebangkitan baru mereka, menyebar berdiaspora ke seluruh penjuru
nusantara. Memang harus begitu, ketika sudah tiba waktunya, ketika harus
menjalani masanya. Hiruk pikuk, hari kebangkitan hari ini di GSP. Ah ya,
congrats untuk yang satu-satu telah menaik mendaki tujuan baru dan puncak baru.
Lalu di siang yang bising, dilanjut dengan menyaksikan kiri kanan
bis yang saya tumpangi penuh dengan laki-laki perempuan berkendara putih
abu-abu coreng moreng pilox warna warni. Ini, di tanggal kebangkitan ini, adalah
harinya anak SMA berpesta pora ala kampanyenya partai Ka’bah dan Partai Banteng
moncong putih. Suara bising kendaraan dari tempat dan waktu saya menulis ini
masih saja selang seling terdengar. Mereka sedang merayakan kebangkitannya,
kelulusannya, dengan cara yang sangat anak muda.
Sepanjang saya di bis, tersenyum sendiri saya menyaksikan
mereka anak muda yang lagi muda-mudanya ini merayakan euforia. Membuat macet
jalan, duduk nongkrong tidak laki-laki tidak perempuan di perempatan-perempatan
jalan dekat gedung sekolah mereka. Mungkin tidak semua siswa SMA, mungkin itu
hanya sebagian, masih banyak yang semangat mudanya diwujudkan tidak dengan cara
yang seperti itu, tapi ya, yang membuat bising dan macet di pinggir jalan itu
yang begitu menarik perhatian.
Beda nuansanya, antara apa yang terjadi di GSP dan di jalan
yang saya temui. Nuansa jalan dan nuansa akademisi.
Kalau anda saya tanya, mendapati hiruk pikuk jalanan,
setelah anda merasa begitu nyaman dengan suasana di sekitaran teman-teman di
beberapa saat sebelumnya, apa yang terpikirkan?
Tentu bermacam-macam.
Kalau saya melihatinya tentu saya merasai kesenangan yang
sama. Karna keduanya bernama euforia bahagia. Sekalipun yang tampak di fenomena
yang kedua adalah ketidaklayakan untuk sebuah sematan bagi nama “pelajar”. Tingkahnya
tidak mencerminkan keterpelajaran mereka bukan? Justru itu bagi saya
menariknya.
Bahwa bangga, bahwa bahagia, bahwa tampil beda, bahwa
terlihat “jago” dan “keren” masih menjadi atribut yang dicari. Substansi? Saya tidak
yakin kecerdasan akademik yang motornya mbeyer-mbeyer tak karuan itu lebih tinggi
dari yang tidak walaupun tidak memungkiri diantara mereka yang cerdas juga ada.
Apakah yang begini akan terus terjadi dari masa ke masa? Dari sejak jaman
kakak-kakak kelas dulu kala hingga berlanjut sampai kini? Di beberapa tempat
penyadaran substansi keterpelajaran mulai subur berdiri. Di beberapa sekolah,
dengan perawatan siswa yang hati-hati, dibina dan dibentuk jadi terpelajar yang
terjiwai. Lalu fenomena kelulusan dengan cara anak muda jalanan pun satu
persatu terkurangi. Semakin hari, semakin banyak sekolah yang demikian, lalu
yang jalanan lama-lama akan kehilangan pasaran, akan mati dengan sendirinya. Tapi
kapan ya? benar-benar bersih dan bisa juga bernuansa akademisi ala anak kampus
di cerita awal-awal tadi?
*sigh*
Banyak juga ya, PR kebangkitan negeri ini. Sebatas pada thulabiyah
(pemuda-pelajar) saja.
19:14
Muntilan, 20 Mei 2014
Rada gerimis, gerimisnya datang dan pergi.
Comments
Post a Comment