#untitled

Pernah lihat ke langit yang luas dan membentang di sebuah perjalanan di malam hari? Lalu kamu memilih berhenti dari kendaraan, turun, dan benar-benar melegakan nafas dan menikmati indahnya langit yang bertaburan kemerlap bintang dengan bebas? Lalu tiba-tiba satu bintang membuatmu begitu terpaku, dan kakimu tiba-tiba berat diajak melangkah dari tempatmu berdiri saat itu?

Saya, pernah. Bukan, saya, bisa dibilang sering.

(melihat langit secara lugas, bukan kiasan dan yang lain-lain)

***

Pada sebuah waktu yang datang di kemudian hari, kadangkala kita mengulang kejadian atas apa yang sudah lewat, ada yang kemudian dituliskan, agar kenangan yang lewat bisa teratur terapikan. Lalu mengingat romantika masa lalu bersama orang-orang yang turut membantu sampai kita seperti hari ini adanya. Sedang orang-orang itu kini telah jauh entah dimana, sedang kita hanya saling bersitatap dalam do’a-do’a.

Pada sebuah waktu yang datang kemudian, kadang kita benar-benar melupakan apapun yang sudah terlewatkan. Lalu Alloh hadiahkan nikmat lupa agar kita sebenar-benar menghapus jejak yang diantaranya telah bias digerus perputaran masa.

***

Adalah langit sebagai satu diantara banyak ciptaanNya yang ajaib untuk dikagumi, begitulah kadang kita perlu  memaknai hidup ini. melihat hamparan manfaat yang berupa nikmat, juga hamparan pelajaran yang tak selamanya menyenangkan, tapi semua bermuara pada kemerlap sinar, yang satu dengan yang lain saling terhubung, saling bersambung, saling membangun, dan saling memadu bentuk hingga tercipta ikatan yang ber-rasi-rasi.

Adalah langit dengan segenap pemandangannya, yang sublim, rumit tetapi agung, begitulah kadang kita memaknai perjalanan kenangan, hari ini, juga titian yang kira rangkai untuk masa depan. Kesemuanya tampak sublim, rumit tapi agung, yang darinya lahir teori-teori yang beratus-ratus, manuskrip manuskrip yang berlembar-lembar, juga eksperimen-eksperimen yang tertolak teruji tertolak teruji.

Adalah langit dengan segenap kemisteriannya. Menyimpan pelajaran lagi petunjuk. Ada yang darinya melahirkan kemantapan yakin pada Sang Penciptanya, ada yang menolak mentah-mentah karna kuatnya aliran rasio yang menggenggam hati atas nalarnya.

***

Pada sebuah waktu yang berjalan di kemudian hari, kita akan menjadi orang yang mungkin sangat lain dari hari ini. Tapi dalam hati ada prasasti yang menari-nari, bahwa adanya saat itu, pastilah tak terlepas dari titian yang dibuat dalam jangka panjang atas langkah kecil yang satu persatu berhasil terlewati.

Pada sebuah waktu yang datang di kemudian hari, mungkin kita akan orang yang berseberangan dengan kiri kanan kita hari ini, dengan pilihan sadar tak sadar. Tapi bersama rumitan rasa yang menyertai, ada situasi dimana nurani satu dan lainnya tatap menatap dari sisi yang sama, lalu mengajak tersenyum penuh arti. Lalu penghujungnya, tangan terkait dan kita berdamai.

Pada suatu waktu di kemudian hari, ada gerimis pagi yang mengiringi. Lalu mengaburkan pandang mata antar satu manusia dengan manusia yang lain. Darinya tidak didapati dengan jelas, bagaimana rupa-rupa orang yang hadir mengelilingi. Bisa jadi ada yang sengaja datang bersama hujan, agar air yang mengalir dari sudut matanya tersamarkan.

Pada suatu waktu di kemudian hari, mungkin akan ada tawa bahagia yang sampai mengeluarkan air mata, di antara retas dan haru bahagia, ada yang terkenang dengan semua cerita, bahwa segala berhasil, selalu ada diri yang mula-mula.

Adalah langit, adalah gemintang.

Pada suatu hari, pada sebuah waktu

Esok, dan kita mula-mula.


Muntilan Jelang subuh
4:03
3 Mei 2014





Comments

Popular posts from this blog

Bunga Bunga Kamboja : Semua akan Berakhir pada Akhirnya

Memilih, Mengharuskan, dan Memilih Keharusan

HARI INI TUJUH TAHUN YANG LALU