Posts

Showing posts from 2012

NIKMAT AQIDAH

Image
assalamu’alaykum.... teman”.... mohon do’anya buat Aurel (teman saya yang muallaf, atmajaya 2011)... sekarang beliau lagi di Tangerang...sdh menyampaikn ke orgtua ttg keislamanx.. kemarin beliau dipukuli dan mau dibawa ke pastur... mohon do’ax.. semoga beliau sabar dan kuat..dan semoga bisa segera mengusahakn bantuan langsung untuk beliau.. sebelum ada hal” yang tidak diinginkan.... from : Asma Dini 31/12/2012  08:43 Sepenggal sms di jelang Dhuha. Nikmat aqidah, entah ini kau letakkan pada urutan keberapa dalam list atau daftar nikmatNya atasmu. Terlahir dari keluarga muslim, hidup dalam lingkungan yang mendukung keislaman, tertemukan dengan orang orang yang menjaga dan mengarahkan pada koridor keislaman selalu, sambai bahkan dewasa ini, ikut dalam batalyon batalyon yang melihat langsung ketidakislaman terletak pada pasukan yang berseberangan. Nikmat atas senikmat nikmatnya kenikmatan.  Tapi hal yang terbesar inilah kenapa sering terlupa. Kadang tertutup oleh b

DOA SEORANG SERDADU SEBELUM BERPERANG

Berperanglah, meskipun itu terlalu berat dan tak kau sukai,. meskipun itu berat. Tapi ikrar kita ikrar panglima .......... Tuhanku, WajahMu membayang di kota terbakar dan firmanMu terguris di atas ribuan kuburan yang dangkal Anak menangis kehilangan bapa Tanah sepi kehilangan lelakinya Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia Apabila malam turun nanti sempurnalah sudah warna dosa dan mesiu kembali lagi bicara Waktu itu, Tuhanku, perkenankan aku membunuh perkenankan aku menusukkan sangkurku Malam dan wajahku adalah satu warna Dosa dan nafasku adalah satu udara. Tak ada lagi pilihan kecuali menyadari -biarpun bersama penyesalan- Apa yang bisa diucapkan oleh bibirku yang terjajah ? Sementara kulihat kedua lengaMu yang capai mendekap bumi yang mengkhianatiMu Tuhanku Erat-erat kugenggam senapanku Perkenankan aku membunuh Perkenankan aku menusukkan sangkurku WS. Rendra

Mencari Ibu Paling Sempurna

Image
22 Desember 2012 sebatas ilustrasi Bilangan pergantian waktu memang banyak menghasilkan perubahan perubahan. Tak peduli, pada sumbu mana perubahan itu terjadi, tetapi keniscayaan s’lalu saja pasti. Jika pada 22 Desember 2011 lalu, syair Faiz lebih melekat dalam ingatan, “Ibu, Engkau adalah puisi abadiku, Yang tak mungkin kutemukan dalam buku” Maka di 2012 ini, Putu Wijaya mengajarkan dengan syair yang cukup berbeda, “Ibu adalah sebuah konsep, Ibu adalah sebuah ruang. Sebuah rasa damai, sebuah peresapan. Sebuah makna, Sebuah makna, yang tak habis diucapkan. Yang tak akan tepat semuanya diucapkan, Karna ia menjalani seluruhnya, Karna dia sempurna” Konsep, ruang, damai, peresapan, dan menjalani secara keseluruhan. Dia adalah ibu. Yang tak selalu harus disebut sebut dalam hari hari tertentu. Dan sampai saat ini saya akan selalu mempelajari itu. Bagaimana belajar menyayanginya, bagaimana belajar untuk melihatnya dari sudut pandang paling nadzi

FIRASAT KEMENANGAN

Image
Sehari tadi. Cuaca pagi sebenar benar cerah. Langit biru, awan berarak. Ramai. Cerah. Dan mendadak perasaan penuh membuncah. Keluar asrama dan menatap ke utara, kalo bisa saya teriak dan melonjak tinggi, saya akan katakan keras, sangat, “Merapi! Kau cantik s’kali pagi ini!” tapi sayang, menuju ke kampus artinya saya harus balik kanan, mengayuh kemudi sepeda ke selatan, membelakangi merapi. Tapi tak tahu kenapa, seolah merapi melambai dari belakang, melepas kepergian, “Belajar sungguh sungguh Fathim! Tak peduli kau dapati pelajaran hari lewat manapun! Dari meja di mana orang ramai ramai diskusi, dari tumpukan sampah yang menggunung di tepi sungai, dari orang orang dan pertokoan di kiri kanan yang kau lewati, dan apapun itu! Belajar sungguh sungguh Fathim!” begitu kira kira pesan imajiner merapi yang melambaikan melepas kepergian pagi ini. Langit cerah. Sangat. Perjalanan selanjutnya adalah menyusuri ramai pagi lingkar utara jogja, maju bersama   desingan klakson dan kepula

Berhati hatilah!

Image
Ibarat tengah berada di pasar malam, nuansa hingar bingar senantiasa paradoksal. Andai boleh memilih, tentu bahagia senantiasa hidup dalam suasana ideal. Ibarat ada selalu di padang gembalaan, atau sabana yang menghadirkan bahagia, tenang sejahtera. Tetapi kehadiran suasana kadang tak mau tau pilihan kita, dia hadir (seolah-olah) semena mena, tanpa tahu apa yang terjadi dengan penikmat suasana itu sendiri. Semena mena? Ya. Kadang ketaktahuan membuat senang dengan pemilihan kata kata yang (juga) semena mena dalam mendeskripsikan yang terjadi pada hidup ini sendiri. Kesenangan pasar malam memang begitu menipu, menghadirkan kebahagiaan semu, sejenak, melupaingatankan penikmat yang sejenak mampir, dan menghilang begitu subuh pun bergema. Paradoksal, dan begitu membingungkan, sebagaimana yang dialami Algren ketika kedewasaannya tak jua tumbuh sehingga ia terima saja tawaran untuk mengajar perang ala barat pada bangsa yang luhur dengan samurai. Berhati hatilah. Ketika lupa haki

Cermin Diri

KH Rahmat Abdullah  Orang-orang bijak pernah berpesan "Ma halaka ‘amru-un arafa Qadra nafsihi" (Tak akan celaka orang yang kenal harkat dirinya). Telah banyak orang binasa karena terlalu tinggi memasang harga diatas realita dirinya. Banyak yang lenyap dari peredaran karena terlalu murah menghargai dirinya – dengan waham ‘tawadhu’ atau perasaan tidak mampu dan tidak punya apa-apa. Selebihnya adalah jenis orang yang berjalan dalam tidur atau tidur sambil berjalan. Tepatnya pengigau berat. Ia tak pernah bisa menyadari dimana posisinya, apa yang terjadi di sekitarnya dan apa bahaya yang mengancam ummatnya. Dalam kaitan sistem, baik ormas, partai atau pemerintahan kerap terjebak dalam wa-ham-waham kekuasaan ; berbahasa dan bertindak dengan pendekatan kekuasaan. Mereka yang ‘berkuasa’ merasa percaya diri, hanya karena secara de jure punya otoritas atas wilayah territorial, wilayah problematika dan wilayah sumber daya manusia. Bahwa wilayah ruhaniyah dan wilayah fikr

S.E.D.I.H untuk Hal ini Begitu Boleh Bukan?

Membuka home facebook. Dan mata mendadak bersirobok dengan akun seorang teman, teman sekelas jaman SMA, bukan, bukan SMA, saya ngk pernah masuk SMA, adanya adalah aliyah. Ya. akun seorang teman jaman Aliyah dulu, tengah meng-update profpict baru, tak seorang dia, tapi sang dia teman saya berdua dengan orang laki laki, saya sih khusnudzon dia suaminya. Selesai bukan? Trus yang bikin saya sedih yang mana nih? Yang karna saya belum bersuami laiknya dia? Ah, ada ada saja. Sedih juga untuk hal itu mungkin ada sedikit, tapi toh emang belum juga memulai perencanaan kesana, ngapain saya tulis, ya kan? Tetapi saya sedih, karena jilbabnya yang dulu lebar berkibar kibar entah sekarang terbang kemana. Dulu panjaaang, dan tentu saja karena syari’at bilang begitu, bukan sekadar karena sekolah saya yang notabene aliyah mewajibkannya. Sama sekali bukan, karena saya tahu betul teman saya adalah yang bergerak atas dasar kepahaman. Betul. Dan lagi tadi pagi, dalam lingkaran sedikit terucap d