Posts

Showing posts from February, 2012

Sepotong Puzzle Hikmah Hidup ini, terserak di Pedusunan Tertinggi Lereng Merbabu (3)

Beberapa hari teralihkan kerjaan lain membuat saya perlu sejenak merenung mengingati apa saja di lereng Merbabu kemarin saya bekerja. Susah tertemu dan terdefinisi, tapi yang jelas dan masih riang kemerlip di hati adalah tentang Cinta. Ya, seperti puisi yang selalu saya gumamkan di sepanjang pendakian saat itu. Aku ingin mencintai semua ini dengan sederhana…. Hari kedua, yang jelas terekam dalam memori adalah saat pagi saya dan sekelompok yang mondok di tempat Bu Tuginem, masak telor dan sayur kangkung bersama. Dengan kebersamaan pagi yang sulit terdefinisi, saya terus mengeja arti ketulusan senyum senyum yang tertawarkan bersama hirupan minuman teh pagi, ya, Ukhuwwah itu begitu sederhana. Jadwal kita hari kedua, 11 Februari, bersih bersih masjid. Start at 8 am. Oke, Berangkaaaaat!!! Sapu, pel, bersihkan sarang laba laba tu dilangit langit, bersihkan tu semua karpet,, Uffft. Semua kerja, semua tertawa, semua ceria, semua bahagia, semua tahu bahwa

Sepotong Puzzle Hikmah Hidup ini, terserak di Pedusunan Tertinggi Lereng Merbabu (2)

Masih di hari pertama. Berbeda nuansa ketika berada di dalam masjid bersama anak anak, remaja dan para Ibu Bapaknya. Dibeberapa jam sebelumnya saya sempatkan jalan jalan di beberapa titik yang menarik di dusun kecil ini. Ya, dusun Batur yang berisi 86 KK. Sejenak berjalan, ada satu titik menarik, ya, persemaian tembakau yang oleh orang sana disebut sebagai Soto. Bukan soto sebagai makanan kuah, bukan, tapi dibaca soto yang dibaca dengan o mendekati huruf a, ya benar, kayak mengeja a ha na ca ra ka di aksara jawa.  Ya, bentar lagi bibit bibit kecil tembakau itu akan disemai di ladang mereka, yang mereka sebut sebagai Wono.  Memang ini menjelang musim kemarau, yang tentu saja akan jarang turun hujan, membuat tanaman tembakau akan tumbuh subur.  Berbicara tentang tembakau adalah berbicara tentang hal yang sensitif sebenarnya. Ya, karena akan banyak mulut bicara disana. Kesejahteraan ekonomi yang diatas namakan rakyat kecil penanam tembakau, hukum h

Sepotong Puzzle Hikmah Hidup ini, terserak di Pedusunan Tertinggi Lereng Merbabu (1)

Jum’at 10 Februari. Satu fase harus saya lewati, harus. Pagi ini, berangkat ke tempat yang saya sendiri belum tahu, berbekal ketsiqohan dan kethaatan pada Qiyadah, saya hendak berangkat. Tapi serius, benar begitu berat dirasa. Persiapan nyaris tak ada, badan yang setengah –tidak difit-fit-kan- dan kalo saya mau saya bisa membuat beberapa alasan lain yang seolah olah rasional untuk tak mengikuti kegiatan yang diarahkan pada saya sepekan yang lalu kurang lebih. Tapi, saya tak tahu, tiba tiba sudah berdiri di depan pintu kamar pemandu Asrama, “Mbak mau pergi ngak?” Kalo ngk, minta tolong antar saya ke Masjid Nurul Barokah Mbak, kumpul buat berangkat acara kampus hari ini” Kuliah Bahasa Arab Ustad Deden pagi ini lewat, sengaja saya ijin tidak masuk, jam 6 sampai di masjid tempat membuat janji. Sepi. Ternyata baru dua orang yang datang. Dan selain perlengkapan pribadi, tak satupun perlengkapan sebagaimanayang diarahkan saya bawa. Untung samping masjid ada warung yang disanalah selanjutnya b

KARENA PERTAMA : TUNAS RISALAH INI BELIAU SEMAI DENGAN CINTA (2)

Usia 25 tahun, menjadi pertumbuhan atas tunas tunas yang dulu telah tersemai. Mengawal Rumah Tangga peradaban setelah bertemu dan menjalankan bisnis yang diinvestasikan wanita mulia di tanah Makkah, Khadijah Binti Khuwailid. Dengan berbayar mahar 20 ekor unta muda beliau nikahi wanita ini, menjadi istri satu satunya sampai sang Khadijah meninggal dunia. Istri yang memberikan keturunan keturunan mulia. AlQosim putra pertama, Zainab binti Rosululloh, Ruqoyyah, Ummu Kutsum yang diperistri Umar, Fathimah yang menurunkan ahli bait pemuda penghulu syurga Hasan dan Husain dan putra dari Khadijah terakhir Abdullah. Ya. Rumah tangga cahaya, yang disana ada kasih, ada pembinaan akhlak dan pekerti, maka tak heran bagaimana mulianya putra putrinya melanjutkan simpul peradaban. Ya, pernikahan dengan Khadijah yang penuh aneka, yang sampai dengan meninggalnya pun Rosululloh selalu ada waktu untuk mengenang dan memujinya. Kelak ketika persemaian Risalah tumbuh d

KARENA PERTAMA : TUNAS RISALAH INI BELIAU SEMAI DENGAN CINTA (1)

Terlahir tanpa bapak, yatim sejak masih kandungan pada masa pergolakan fanatisme kejahiliyahan Arab, hukum rimba yang terjadi atas kaum sekelilingnya, penodaan atas hak hak kemanusiaan, pemerkosaan terhadap kemerdekaan, dan pembungkaman ruang publik dan partisipasi perempuan, tak ayal, Kejahiliyahan memang sebenar benar julukan yang langsung Alloh sematkan pada masa yang menjadi alasan beliau diturunkan. Tengok saja ungkapan beliau : “ Aku diturunkan adalah sebagai penyempurna akhlak”. Ketika bayi mulia terlahir, bukti kerosulan bahkan sudah tampak, bertepatan dengan kelahirannya, sepuluh balkon istana Kisra, runtuh. Api yang dipuja dan disembah orang orang Majusi di sepanjang tanah Persia padam atas izinNya, dan gereja pemujaan berhala berhala tak bernyawa, ambles ke tanah hilang tak berbekas. Bukankah ini suatu pertanda? Lantas beliau lahir, dengan perawatan kasih ibu kandung dan ibu susu, Aminah dan Halimatussa’diyyah. Suci darahnya, tak terko

FRAGMEN SELEMBAR TIKAR

Pulang ke rumah sudah menjadi agenda rutin pekanan di dua bulan terakhir ini. Ya, bagaimana dalam setiap celah waktu dalam sepekan, ada waktu yang memang diagendakan untuk pulang. Sudah banyak tahun yang aku habiskan untuk diriku sendiri, 6 tahun Tsanawiyyah dan Aliyah yang hanya pulang setahun 2-3 kali, dan masa masa perkuliahan yang sebulan dua bulan sekali pulang, miris sebenarnya, mengingat Jogja –Muntilan bisa ditempuh hanya dalam waktu setengah jam saja. Dan dua pekan yang lalu aku pulang. Karena sebelum dhuhur sudah di rumah, maka dialokasikan jam 5 balik ke Jogja. Bersih bersih rumah, selesai. Di satu sudut rumah, tampak kupergoki selembar tikar, masih rapi, tergulung, terbungkus plastik. Maka keluarlah kata basa basi. “ klasa anyar ya Mak (tikar baru ya Mak)?” “ho o, wingi nang kumpulan PKK eneng sing nawari, pas kelingan kamare Aris kae klasane perlu diganti (Iya, kemarin ada kumpul PKK, ada yang menawarkan tikar, pas kebetulan ingat kal