Posts

Showing posts from May, 2014

Mensyukuri Syukur

Orang kalo mampu bersyukur, apapun yang sedang dijalani yang dirasakan hanya nikmat, nikmat dan nikmat. Mau seperti apapun aktivitas, baik padat atau selo jatuhnya senang. Iya, ternyata dimampukan oleh Alloh untuk bersyukur adalah salah satu hal yang harus kita syukuri tersendiri. Di saat aktivitas lagi tak padat, ada saja hal-hal sederhana yang bisa diamati dengan seksama, ada hal detail dari lingkungan alam di sekitar yang membuat kita berfikir, merenung, mengambil pelajaran, dan mencari tahu lebih dalam. Seperti mengamati seksama aktivitas luar jendela bis sepanjang perjalanan, atau mendengar lagu yang lamat-lamat dinyanyikan pengamen yang dandanannya kayak preman, belum cukup, masih sempat-sempatnya juga searching di yutub dari potongan-potongan lagu yang diingat untuk dicari lengkap, ckckck. Iya. Kemampuan bersyukur adalah satu hal yang harus disyukuri itu sendiri. Di saat memang aktivitas terbawa padat, tertidur sejenak di kendaraan umum, atau diberi waktu untuk mengunjungi

Sajak Putih

Image
Chairil Anwar Bersandar pada tari warna pelangi Kau depanku bertudung sutra senja Di hitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba Meriak muka air kolam jiwa Dan dalam dadaku memerdu lagu Menarik menari seluruh aku Hidup dari hidupku, pintu terbuka Selama matamu bagiku menengadah Selama kau darah mengalir dari luka Antara kita Mati datang tidak membelah…

Hiruk Pikuk Hari Berbangkit

Iya. Hari ini sangat-sangat hiruk dan pikuk, ramai dan bising. Tapi ini memang hari yang penuh nuansa kebangkitan, tadi di siang hari, sebagaimana periode wisuda sebelum-sebelumnya, hanya sempat sejenak mlipir ngeliatin yang pada keluar dari GSP, mampir ke fakultas dan nyelametin satu dua tiga teman-teman fakultas dan jurusan yang telah mendahului pergi. Bahagia, pasti. Foto-foto wisuda pun akan terus menjadi warna sampai dua tiga minggu ke depan. Dan memang harus begitu.  Dari mulai teman selingkaran ngaji yang satu persatu telah menjauh pergi, menyeberang laut, mengangkasa pulau, yang sudah bersuamikan orang, yang sibuk dengan bau-bau obat-obatan, kenyataan mereka telah lulus dan tentu memasuki ruang perjuangan yang baru dengan tantangan baru dengan pelajaran baru dan tentu saja dengan kebangkitan baru.  Teman-teman jurusan yang sampai sekarang masih ‘setia’ bertanya lewat sms dan WA gimana perkembangan penelitian saya, mengajukan bantuan, dan masih terus setia diajak ber

Idealisme (?)

Ada masa kita akan bicara idealisme. Ada masa kita membenturkannya dengan kondisi yang nyata jelas dihadapan mata kita untuk ditelisik lagi apa sebenarnya “idealisme”. Lalu kemudian ada jembatan penyeberangan antara idealisme dengan realita yang menyuruk kita pada pragmatisme. Ini bukan tentang idealisme kami yang tertera di tulisan Imam HasanAl Banna di risalah dakwatuna. Kalo soal itu insy Alloh kita semua menyepakati, dengan sepenuh hati, bahwa kita telah membulatkan tekad mencintai negeri dan orang-orang lain, lebih daripada mencintai diri kita sendiri. Kita telah menyepakati bahwa kita akan mencabut rasa ingin tidur dari pelupuk mata dan seterus seterusnya.  Kali ini saya bicara tentang idealisme yang “biasa-biasa saja” Beberapa waktu lalu, kakak saya memamerkan pekerjaannya sebagai “koder” alias tukang kode, yang biasa ng- coding dan segala macamnya. Ya. kakak saya memang kerja sebagai front-end developer secara otodidak. Kini, dengan jam kerja sehari 6 jam di

(semacam) tips ngebis

Akhirnya saya akan menulis hari-hari saya dengan rutinitas sore : Ngebis. Pake Ramayana/ Mustika/ CemaraTunggal/ Gading Indah . Dua yang tersebut diawal adalah bis jurusan Yogya-Semarang, seat -nya 3-2, kecepatannya lumayan, membuat saya bersyukur sedari dulu pake sepatu kets . Kenapa? Karena kalo nunggu bis dan tiba-tiba dari tikungan sudah muncul, saya mesti lari-lari ngejar demi 3-5 detik (dramatisasi wkwk) bis ini berhenti hanya untuk memasukkan penumpang berukuran kecil macam saya (bahasanya, wkwk). 2 yang terakhir jurusan Yogya Magelang. Seat 2-2. Secara kecepatan lebih lamban dibanding yang Semarangan. Lalu dengan waktu 20-40 menit, tanpa ada kemacetan seperti perbaikan jalan di daerah Salam, tiba-tiba saya sudah nyampe jembatan layang baru yang ngk selesai-selesai dan sang kondektur akan teriak "Jombor turun-Jombor turun". Oke. Marilah dengan penuh rasa bahagia saya bagikan tips dalam ngebis secorak Bis Muntilan – Jombor. Ya. Betul sekali, bis yang membuat k

#untitled

Ternyata menulis itu tidak hanya butuh ide dan suasana hati yang pas, terlebih dari itu harus ada niat yang benar. Kalau yang terakhir tadi ketinggalan, yang ada tulisan hanya akan jadi bumerang. Ah ya. setiap tindakan kita memang isinya tentang pertanggungjawaban. Maka beristighfarlah panjang, atas belokan-belokan tajam yang di kiri kanannya adalah curam jurang. Berterima kasihlah pada suara hati, yang dalam beku dan semakin redup nyala pelita, dia masih menegur kala salah dan lupa kita lakui. (edisi mau nulis panjang, tapi walhasil ctrl + A, del) Semoga sore yang gerimis ini menyimpan berkah melimpah. “Allohumma paksakan”, kata ustad saya, ustad Deden, Semoga Alloh memuliakannya. 

Tertolak, coba lagi :D

Beberapa hari yang lalu saya interview kerjaan. Ada lowongan yang berseliweran di sms dan juga wasap, dan ternyata lokasi lowongan yang bersangkutan tidak jauh dari tempat tinggal saya, kalau naik motor 10 menit juga nyampe. Jadi guru, iya, jadi guru untuk mata pelajaran perkuliahan yang saya tekuni.    Well. Apa salahnya dicoba, semua demi hidup yang lebih baik. Sudah sejak sangat-sangat jauh-jauh hari (hahaha) saya sadar sepenuh sadar, bahwa menjadi guru bukan profesi yang berambisi kekayaan. Cek mana ada orang jadi guru sejahtera dengan gajinya, iya atau iya? bahkan kemarin salah satu dosen mendongeng kalau ada yang sampai sekarang jadi dosen dan rumah masih kontrakan. Maka saya bercita-cita menjadi guru, menjadi pengajar, menjadi pendidik karena bagi saya itulah satu satunya profesi syurga. Iya kan? mana ada aliran jariyah dari profesi yang mengalir sampai kita berkalang tanah kalo bukan jadi guru? Atau apapun lah ya yang setipe dengan guru. Mana ada pekerjaan yang men

Mandalawangi – Pangrango

Image
(Bukan Pangrango, ini Sindoro, tapi sebutlah ini tentang Keberanian. foto by Mas Enggar) Senja ini, matahari turun ke dalam jurang-jurangmu Aku datang kembali Ke dalam ribaanmu, dalam sepimu dan dalam dinginmu Walaupun setiap orang bicara manfaat dan guna Aku bicara padamu tenang cinta dan keindahan Dan aku terima kau dalam keberadaanmu Seperti kau diterima aku Aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi Sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada Hutanmu adalah misteri segala Cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta Malam itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi Kau datang kembali Dan bicara padaku tentang kehampaan semua Hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya Tanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar Terimalah dan hadapilah Dan antara ransel-ransel kosong dan api unggun yang membara Aku terima ini semua Melampaui batas-batas hutanmu, melampaui batas-batas jurangmu, Aku cinta padamu Pa

Heart of Teacher

Image
:)

Berani

Bersyukur adalah berada di tengah orang-orang pemberani. Saya merasai itu, dan saya menyukurinya. Betapa tak berbilang pelajaran yang diperoleh dari para pemberani ini, entah pelajaran yang bersumber dari kesalahan-kesalahan atas keberaniannya, maupun pelajaran atas efek baik karena keberanian pada sisi yang lain. Keberanian adalah buah keistiqomahan, begitu kata materi awal dalam halaqoh tarbiyah. Dan keberanian tentu saja lahir dari keyakinan. Keyakinan bukan berarti apa yang kita lakukan adalah yang paling benar, begitu pak Ridwan Oktovan menegaskan dalam kajian Ahad sore, bukan, keberanian adalah keyakinan bahwa yang kita lakukan berada pada koridor kebenaran dan yang kita lakukan adalah benar. yes . Berarti kita bukan orang yang bekerja dengan semau perut saja, tapi atas pertimbangan kebenaran yang diyakini, yang walaupun akan ditemukan kesalahan pada suatu saat nanti, itu akan menambah keyakinan dan penemuan pada kebenaran di waktu kemudian. Keberanian untuk bersikap,

#untitled

Pernah lihat ke langit yang luas dan membentang di sebuah perjalanan di malam hari? Lalu kamu memilih berhenti dari kendaraan, turun, dan benar-benar melegakan nafas dan menikmati indahnya langit yang bertaburan kemerlap bintang dengan bebas? Lalu tiba-tiba satu bintang membuatmu begitu terpaku, dan kakimu tiba-tiba berat diajak melangkah dari tempatmu berdiri saat itu? Saya, pernah. Bukan, saya, bisa dibilang sering. (melihat langit secara lugas, bukan kiasan dan yang lain-lain) *** Pada sebuah waktu yang datang di kemudian hari, kadangkala kita mengulang kejadian atas apa yang sudah lewat, ada yang kemudian dituliskan, agar kenangan yang lewat bisa teratur terapikan. Lalu mengingat romantika masa lalu bersama orang-orang yang turut membantu sampai kita seperti hari ini adanya. Sedang orang-orang itu kini telah jauh entah dimana, sedang kita hanya saling bersitatap dalam do’a-do’a. Pada sebuah waktu yang datang kemudian, kadang kita benar-benar melupakan apapun yang