Posts

Showing posts from November, 2013

When I Believe my Passion

Hushhh Kalimilk Jakal km 4,5, jam 16.45, 27 Nopember 2013 Bersama teman-teman alumni KP09 dan beberapa anak-anak yang berhasil direkrut untuk gabung di forum obrolan –yang belum bernama, kami ngobrol soal community empowerment . Hush. Pembahasannya ngk seberat yang dibayangkan mula-mula, awalnya..tapi, Awalnya janjian di depan balairung, gedung pusat UGM, tapi karna kerso alias kemauan mbak bintang tamu, kami akhirnya pindah ke Kalimilk (dan parahnya dibayarin semua sama mbaknyaa, dan saya harus menelan mentah-mentah kenyataan bahwa saya ngk pesan apa-apa karna saya mencoba realistis bahwa saya ngk ada duit haha) Diskusi berlangsung sepi, kemudian meriah, kemudian tegang, kemudian sepi lagi, kemudian tegang lagi, kemudian tertawa bersama. Ah ternyata bicara tentang pemberdayaan masyarakat (bahkan belum terjun pun) sudah berasa nano-nano. Aaaaak, ingin segera pergi dari kampus dan main-main dengan ibu-ibu dan bocah-bocah yang polos dan unyu. Hidup tanpa tendensi dan ta

#GEL09

Image
menjadi bagian dari mereka, teman-teman satu angkatan yang aku sangat jarang membaur-inya hm, kini mereka satu-satu beranjak mentas dari kawah candradimuka geografi lingkungan yang mungkin bagi mereka-mereka begitu melimpahruahi cerita-cerita semoga ilmu kalian berkah :')) menjadi penguat kontribusi untuk negeri menjadi tambahan jariyah untuk para Guru yang telah mempersembahkan bakti dengan ilmu yang tak henti-henti diberi juga yang utama bagi orang tua kita yang berpeluh membiayai dan mendo'a di petang, pagi, dan malam hari Congraduation! Barokalloh..! :D

#untitled

menyebut kata "keluarga" pada seseorang itu bukan pekerjaan yang sembarangan, tapi ada, tetap ada selain keluarga biologis, yang mau tak mau harus mau menyebutnya menjadi keluarga. Maksud saya bukan klaim perseorangan saja, tapi setiap rasa pun, dari tiap orangnya, terbukti menyatakan yang sama keluarga

The Invisible Barriers

(copas dari karasetra.wordpress.com) Pertama : Bangga jadi Indonesia - Percaya Diri menjadi Indonesia, yg lain..baru.. Di Kangnam yang mewah, Jantung Ibu Kota Seoul yang sibuk, sebuah  dealer  (penjual) mobil Ford yang kesepian memasang gambar aneh untuk para pembelanja yang jarang sekali menoleh pada tempat itu. Di dalam ruang pajangan yang sangat sepi, sebuah pameran bebunga dan pita-pita jingga memamerkan LS Lincoln hijau sebagai mobil pilihan untuk—bintang film? Pemain sepakbola? Bukan, tapi untuk para menteri negara. Jeon Kyeong Seob, sang penjual, berkata bahwa gagasan ini adalah untuk meyakinkan para konsumen bahwa mereka tidak akan lagi dihukum karena membeli mobil-mobil buatan asing. Gambar itu tidak bekerja cukup baik. Tempat ini adalah ruang pajangan utama milik Ford di Korea Selatan, dan ia hanya menjual 100 mobil sepanjang tahun ini (2000-2001). Kenapa? “Patriotisme,” kata Jeon sembari menatap jalanan yang berisi mobil-mobil Korea buatan Hyundai, Kia atau Darwoo. “

Bahasa

Dalam keberagaman yang begitu rupa, perlu adanya sarana untuk dapat memberikan pemahaman satu sama lain (A.F Aryanto) Tersampaikan melalui kata, dimanapun, bahasa memiliki maksud yang sama. Berkomunikasi, menyampaikan, menghubungkan dan membentuk makna menjadi pemahaman yang tentu saja memperkaya masing-masing. Tidak hanya lewat kata. Justru yang tidak terungkapkan seringkali memiliki makna yang lebih indah. Berjuta keramahan yang cukup diwakilkan dengan segurat senyum, tawa yang bisa menggambarkan luapan kegembiraan, juga tangis yang menunjukkan kesedihan atau kebahagiaan yang begitu dalam. Dengan cara itu pula sang pencipta membahasakan kebesaranNya melalui kitab yang ditujukan kepasa setiap jiwa yang berjalan di muka bumi. Lewat untaian kata-kata, Dia lukiskan kekuasaan yang mampu menjangkau hingga tepian terjauh alam raya. Dia menjalin interaksi dengan makhluk untuk memberi pemahaman akan makna yang harus ditemukan dalam anugerah kehidupan yang telah diberikan. M

#untitled

Bahkan aku pun tak layak menyampaikannya tim! Kata Sifa, Siti Fatimah kedokteran gigi. Yang sejak minggu-minggu ini kami menjadi begitu klop dan banyak ngobrol, mengulang waktu dulu kala saat masih jadi BP LDF. Lhah! Kenapa! Ngomong mah ngomong aja! Kalo ente ngerasa tau dan ngk ngomong mana bisa persoalan selesai! Aku, dengan pola bicara yang masih memaksa, seperti biasa. “Ini semua soal yaumiyah kita, minimal dari apa yang aku rekap selama ini.” Hm. Mungkin. Tapi... (sebuah prolog percakapan) “Tim! Kita ngomong banyak gini, nyadar ngk sih kita di mata adik-adik kita bagaimana?! Misal saat kita ngritik mbak ini begini, mas itu begitu, kita pernah ngk mikir bagaimana seorang adik menilai kita? Berharap keteladanan mungkin? Tapi mereka mendapati yang berkebalikandari kita ternyata?” Tanya Sifa. “Kemarin adik-adiknya ini menyampaikan keluhan, kenapa mbak kalo kerja semua dikerjakan sendiri. Padahal aku anak buahnya, yang seharusnya diberitahu. Atau.. kadang ngk suk

#untitled

Penghujung hari yang terasa kebas. Tentang kematian, memang selalu membawa nuansa yang sama, tak peduli sesiapapun yang tertimpa musibah itu. Bagaimana sebuah rencana menjadi berubah agenda dalam hitungan jam bahkan tak berbilang sekian-sekian jam. Hari Ahad minggu lalu, 3 Nopember, Pak Samuri bapak pondokan KKN Ruslan, pulang haji. Kemudian diagendakanlah beberapa dari anak KKN berencana ke sana nengok beliau. Sedianya Sabtu kemarin, tanggal 9 habis Dhuhur kesana, tapi karna yang bisa hanya saya, Ruslan dan Mas Sadli maka rencana batal. Atas berkat usaha dan kerja keras nurfit mendesain jadwal bersama, akhirnya selasa hari ini jam 10 pagi rencana kunjungan fix dibuat, dan (90%) siap dijalankan. Meskipun Ruslan labil pengkabaran ke kita-kita, tapi firasat mengatakan kita bakal kesana. Dengan ataupun tanpa koordinasi pak bos Ruslan Abdul Ghani. Jam 7 kurang kira-kira, kunjungan jam 10 ke tempat pak Sam yang bertema silaturahim “tilik kaji” berubah orientasi ketika sms Ruslan ma

#untitled

Akhir-akhir ini yang menggelayuti pikiran adalah tentang sisa umur. Aku mencoba menghitung mundur hari-hari yang masih bisa diterawang. Penghujung Desember tinggal 55 hari lagi, artinya 55 hari lagi pergantian tahun versi bulan syamsiyah. Dan hari ini sudah tanggal kedua di tahun 1435 H, versi bulan Qomariyah, dan usiaku juga sebentar lagi akan menjejerkan dua angka yang sama. Job-job yang diberikan orang atasku, bisa diawang-awang kapan akan selesai. Meninggalkan kesudahan yang terus terang masih gamang aku bayangkan. Kepercayaan orang tua, kakak, adik dan saudara-saudara berikan padaku juga belum sempurna aku purnakan. Masa mukim di asrama yang aku terawang akan selesai di Juni tahun depan juga belum membuatku berhasil menambah nafas panjang hafalan dan juga kapasitas kematangan beragama. Bahkan hal yang sesimpel belajar tahsin agar mumpuni jadi seorang pengajar yang metodologis juga belum aku kantongi. Cerita-cerita ustad Ahmad Dahlan dan Ustad Talqis tentang Timur Tengah d

Apa Kewajibanmu terhadap Guru?

Wahai anak yang beradab! Sebagaimana ayahmu yang telah memelihara tubuhmu mempunyai hak besar padamu, maka begitu pula gurumu yang telah memelihara ruhanimu dan mendidik akhlakmu serta menerangi pikiranmu dan mengajarimu ilmu yang berguna. Ia mempunyai hak yang besar padamu. Maka engkau wajib mencintai dan memuliakannya serta memperlakukannya dengan adab-adab terpuji. Hendaknya engkau bersikap patuh terhadap nasehat-nasehatnya, dan tunduk terhadap perintah-perintahnya. Bukan karena takut hukuman tetapi demi menjalankan kewajiban yang ikhlas dari hatimu. Sebagaimana seseorang yang sedang sakit yang patuh dengan dokter yang belas kasih, maka hendaknya engkau menerima segala yang diberikannya kepadamu dengan pengertian yang baik, ucapan terimakasih dan kegembiraan. Hendaknya engkau bersikap rendah hati terhadapnya. Dan mencari pahala serta kemuliaan dengan mengabdi kepadanya. Hendaknya engkau selalu menyadari bahwa engkau mendapat pemberian dari gurumu dan tidak dapat mem