#untitled

Apa bentuk adaptasi yang paling menguras emosi setelah memiliki anak?

... yash. Beberes rumah dan frasa rumah rapi. Benar benar ini memporakporandakan mental saya wkwkkw lebayyy. Tapi serius. Saya orangnya rapi. Suka kerapian dan suka merapikan. Beberes, bebersih, adalah sebagian dari nama tengah saya. Hal ini tidak lepas dari bawaan sejak kecil. Diantara anak 3, mas Aris, saya dan Astri, saya yang bisa dibilang disiplin rapi2 dari kecil (wakakaka selfclaim jelas). Tapi benar, saya akan meletakkan tas dan sepatu di tempat yang seharusnya. Saya akan selalu menutup tempat makanan yang terbuka, saya akan menyapu rumah yang kotor dan akan menata toples pas lebaran tiba. Saya ingat waktu jaman SMP saya cukup terkenal di seantero sekolah (dan luar sekolah) sampai profil saya dimuat di majalah BAKTI (majalah di lingkungan departemen agama kanwil DIY), ada pertanyaan saat libur sekolah besok rencana mau ngapain..? Saya jawab, mau rombak kamar dan beneran dimuat dong kata "rombak kamar" itu di judul artikelnya wkwkkwkwk. Setelah saya pindah ikut simbah selama 6 tahun pun saya rajin beres beres rumah simbah, nyapu, ngepel, beres2 pakaian di lemari dsb dst.. lebih lebih saya punya bulek (adik mak siti) yang kalo beberes masyaAllaaaaah rapi dan bersih sekali, sampai sekarang beliau adalah kiblat saya dalam menata rumah.

Kembali ke topik. Perkara beberes pasca melahirkan drain my energy lahiriah dan batiniah. Hatta sangaaat dependen dengan ibuknya yang mengakibatkan aktivitas ibuk dikendalikan oleh Hatta. Lagi nyapu Hatta nangis ya nyapunya yang dikalahin, habis makan mau sekalian piring dicuci eh Hatta pup, yang cucian piringnya ditumpuk dulu..wkwk dsb dst. Belum lagi dengan standar bersih dan rapi ibuk yang rigid, jadi meskipun banyak hal sudah dikerjakan oleh suami, tetap saja masih ada yang dirasa kurang (sabar sekali bapaknya Hatta ya Allah). Awal awal ada Hatta, saya masih rajin beberes.. pagi Hatta tidur saya nyapu, bersih2, cuci cuci dan lain lain.. sampai saya menyadari bahwa itu sungguh melelahkan. Ketika di depan Hatta saya yg seharusnya bersemangat cerita2, main sama dia jadi tidak bisa full energi di depan dia. Hingga akhirnya saya mulai (dan sampai sekarang masih) belajar merelakan kenyataan bahwa its okay rumah berantakan, tidak masalah.. asalkan saya tidak kelelahan. Asalkan saya sehat walafiat.. berproses pelan pelan bahwa its okay untuk tidak rapi terus terusan...its okay nyuci harus jam 3 pagi, its okay bapaknya hatta yang lipet2 popok segala macem tidak selicin kalo ibuk yang ngelipet.. its okay kalo miki dan miko kendaraan kami tidak harus selalu licin mengkilat .. Pelan pelan saya berproses, kami berproses.
_____
Saya tidak tau pandangan orang lain atau rumah tangga orang lain terhadap hal "sepele" semacam beres - beres dan menjaga kewarasan seperti ini. Hanya bagi saya, hal hal kecil ini harus selesai, diupayakan dan dilegowokan untuk selesai.. karna yang kecil kecil ini seringnya jadi kerikil-kerikil kalo tidak legowo satu sama lain dan situasi diri terkini. Semoga kita dimampukan berproses bertumbuh dengan perubahan perubahan yang semakin banyak terjadi.

Hatta..kita tumbuh bersama sama ya nak

24072021
04:17

Comments

Popular posts from this blog

Mencipta Kanal Kanal

Review Kebebasan Wanita Jilid 1

Trip Tiga Gili di Sekotong Lombok Barat